Tradisi Islam Di Masa Lampau, Belajar-Mengajar-Menulis

Tradisi Islam Di Masa Lampau, Belajar-Mengajar-Menulis

Sejarah Islam sangat kaya akan khazanah dan pelajaran. Dalam samudera peradaban Islam, terkandung sumber inspirasi, motivasi dan teladan serta hikmah yang sangat agung, dimana jika ingin ummat Islam kembali pada masa kejayaan maka umat Islam harus mengikuti jejak langkah para salafush shalih, yaitu orang-orang shalih terdahulu.

Generasi terbaik dimulai dari zaman sahabat, kemudian tabiin (yang bertemu sahabat Nabi tapi tidak bertemu Nabi), dan tabiit tabiin (generasi yang bertemu tabiin).

Kemudian dilanjutkan pada masa kekhalifahan Islam, yang pada masa itu, ilmu pengetahuan mendapatkan perhatian yang sangat serius.

Sampai puncaknya adalah pada masa kekhalifahan Al-Ma’mun bin Harun Ar-Rasyid yang memberikan penghargaan sangat tinggi kepada para ulama. Beliau membuat kebijakan menimbang buku yang ditulis para ulama dengan emas dan selanjutnya memberikannya kepada ulama yang menulis kitab tersebut.

Pada masa kejayaan peradaban Islam, hal yang paling menonjol adalah tradisi keilmuan yang kuat. Para ulama pada masa itu mempunyai semangat keilmuan yang kokoh dan semua itu dilatarbelakangi oleh adanya keyakinan yang mendarah daging bahwa mencari dan mengamalkan ilmu adalah sebuah ibadah yang bernilai luar biasa disisi Allah.

Dalam tulisan singkat ini, kita akan mengulas sedikit tentang faktor apa saja yang membuat orang-orang shalih terdahulu bisa membangkitkan semangat mencari ilmu dan menjadikannya sebagai aktivitas berburu untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Semoga setelah membaca ulasan singkat ini, kita bisa mendapatkan hikmah dan pemahaman atas izin Allah.

Tradisi Keilmuan Umat Shalih Terdahulu

1. Tradisi belajar kepada guru dengan semangat yang sangat kuat
Kita ambil satu contoh paling masyhur. Mari membaca kisah menakjubkan dari Imam Al Bukhari. Ia lahir dengan nama Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Ju’fi Al Bukhari.

Nama Al Bukhari dinisbathkan dari nama kota asal lahirnya: Bukhara, yang merupakan wilayah Uzbekistan, negara yang dulunya merupakan bagian dari Uni Soviet

Imam Al Bukhari lahir pada 194 H (810 M). Ayahnya meninggal dunia ketika ia berusia dua tahun. Di usia itu, Imam Bukhari mengalami kebutaan dimana kondisi tersebut tidak menjadi penghambat baginya, ataupun keputusasaan bagi sang ibu, namun justru menumbuhkan semangat belajar dan menghafal yang sangat kuat pada diri Imam Al Bukhari dan sang ibu yang tanpa lelah mengajarkan kecintaan terhadap proses mencari ilmu.

Qadarullah, Allah menganugerahkan kesembuhan pada usia empat tahun (menurut sebagian ulama, kesembuhan ini tidak luput dari doa ibunya yang shalihah, dimana pada setiap kesempatan beliau memohon kepada Allah untuk kesembuhan mata sang imam) ketika beliau belajar menghafal Al-Quran kepada seorang guru.

Sejak usia 16 tahun Imam Bukhari sudah melakukan perjalanan ribuan kilometer. Dari Bukhara ke Bashrah dan Kufah (keduanya kini masuk negara Iraq), Mesir, Syam (Palestina/Suriah), serta Mekah Madinah.

Pada masa itu, kendaaraan hanyalah kuda atau unta saja dan tentunya perjalanan melintasi ribuan kilometer itu membutuhkan waktu berbulan-bulan sekali berangkat dan jauh dari kata aman dan nyaman.

Dahulu tak ada penginapan seperti saat ini. Oleh karena itu wajib bagi mereka yang bepergian jauh membawa bekal untuk berkemah atau berhenti saat malam hari ketika di tengah padang pasir atau di tengah hutan. Kita bisa membayangkan betapa banyak kesulitan yang mereka hadapi.

Belum lagi, masih banyak perompak dan penjahat yang menghadang para musafir di tengah gurun atau savanna, atau adanya binatang buas, badai pasir dan beragam bahaya lainnya.

Namun, Itu tidak menghalanginya untuk terus menuntut ilmu. Imam Bukhari banyak mengunjungi ahli hadits dan para perawi (periwayat hadits). Menurut banyak catatan, Imam Al Bukhari telah belajar ke 1.080 guru ahli hadits.

Selama 16 tahun lamanya, Imam Al Bukhari telah mengumpulkan 1 juta hadits dari 80 ribu para perawi, kemudian menyaringnya menjadi 600 ribu hadits.

Hafal 300 Ribu Hadits Beserta Sanad dan Perawinya
Yang dihafal Imam Al Bukhari mencapai 300 ribu hadits, lengkap beserta urutan sanad dan perawinya. Sekitar 100 ribu di antaranya termasuk hadits tidak shahih.

Setelah melalui proses penelitian yang ketat, Imam Bukhari menuliskan di kitab Shahih-nya sebanyak 7.275 hadits. Inilah yang kemudian jadi kitab rujukan hadits paling utama hingga saat ini.

2. Tradisi mengajar yang masif dan penuh hikmah

Kita bisa mengambil teladan dari salah satu ulama masyhur yakni Ibnu Taimiyah (661-728 H). Karena luasnya ilmunya, maka Ibnu Taimiyah mendapat julukan Syaikul Islam. Nama aslinya adalah Taqiyyuddin Ahmad bin Abdul Halim bin Abdussalam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah Al-Harrani.

Ia lahir di Haran, kini wilayah Turki. Karena serbuan bangsa Tartar, ia diajak mengungsi oleh ayahnya. Garis nasabnya merupakan ulama-ulama masyhur di zamannya. Ayahnya, Abdul Halim, seorang ulama. Kakeknya ke-4 pun ulama besar, bernama Muhammad bin Al Khodr. Kakeknya juga ulama, yaitu Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah Majduddin.

Ibnu Taimiyah banyak belajar dari ayahnya dan para pamannya yang juga ulama masyhur di masanya. Ketika usia 19 tahun, Ibnu Taimiyah sudah dimintai fatwa terkait fiqih madzhab Hambali dan Aqidah, dimana pemberian fatwa itu atas izin para ulama besar di Damaskus dan hal ini menunjukkan bahwa kemuftian beliau telah diakui secara resmi.

Seisi Kota Belajar Padanya

Menurut sejumlah riwayat, jumlah jamaah yang menghadiri majelis ilmu Ibnu Taimiyah mencapai ribuan orang. Ada yang menuliskan dua ribu orang, ada yang mengatakan lebih dari itu.

Pada masa itu, jumlah ini sama dengan seisi kota. Dan yang menyimak kajiannya, langsung terkesima. Bahkan konon, jika ada orang diluar islam mendengar penjelasanya, maka bisa tertarik dengan penjelasannya dan ingin masuk Islam.

Ulama yang besar, kerapkali memiliki murid-murid yang pada akhirnya juga menjadi ulama besar, beberapa murid beliau adalah Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnu Al Qayyim, Imam Adz Dzahabi, dan Imam Al Bazaar.

Menulis di Tembok Penjara

Ibnu Taimiyah sangat aktif menulis. Karena tulisan dan fatwanya bersebarangan dengan kebijakan pemerintah, maka dia dipenjara. Awalnya ia masih bisa menulis di penjara dengan pena dan kertas, namun, kemudian pemerintah melarang penggunaan alat tulis di penjara. Akan tetapi larangan tersebut tidak mampu menyurutkan semangat menulis dan mengajar beliau yang meluap, maka Ibnu Taimiyah memerintahkan para muridnya untuk melemparkan arang ke dalam jeruji.

Tak ayal, Ibnu Taimiyah menulis di tembok penjara dengan arang-arang itu. Dan sebagian besar tulisan-tulisan itu dikumpulkan para muridnya dan dibukukan hingga kini.

3. Hasil belajar dan mengajar yang kemudian ditulis

Dari sinilah kemudian tradisi menulis itu tumbuh subur di kalangan ulama dan kaum cendekiawan muslim di masa lampau. Tradisi mereka adalah belajar dan mengajar.

Dan hasil dari dua aktivitas itu kemudian ditulis menjadi warisan berharga bagi murid-muridnya dari masa ke masa hingga bisa kita baca saat ini sampai kelak di akhir zaman.

Inilah yang menjadi inspirasi bagi para guru, dosen dan pendidik untuk memacu semangat belajar dan mengajar. Tidak hanya sampai di situ, hendaknya para pendidik dan pelajar menuliskan apa yang dipelajari dan apa yang diajarkan. Sehingga menjadi warisan ilmu yang luas dan mendalam bagi generasi berikutnya

Penulis: Oki Aryono
Editor: Fitriya Zulianik, M.A., Guru SMK Al Irsyad Surabaya
Sumber:

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Taimiyah
  • https://rumaysho.com/617-biografi-syaikhul-islam-ibnu-taimiyah.html
  • https://www.atsar.id/2024/08/biografi-ringkas-syaikhul-islam-ibnu-taimiyah.html
  • https://shaykhulislaam.wordpress.com/2009/09/04/students/
  • https://kristalilmu.com/mengenal-karya-syaikhul-islam-ibnu-taimiyyah/

Previous Ayah…Shalatlah…

Yayasan Perguruan Al-Irsyad Surabaya

Situsjitu

SitusJitu

Simpatitogel

https://iau.ae/

https://sjsu.seiyunu.edu.ye/

https://academia.edu.pk/

https://ojs.alpa.uy/

https://www.gjeis.com/

hu.edu.ye

odma.od.ua

https://antigua.unlam.edu.ar/

https://rince.unlam.edu.ar/

https://revistas.peruvianscience.org

Slot777

Slot Gacor

Toto 4D

Toto 4D

Toto 4D