Yayasan Perguruan Al-Irsyad Surabaya (YPAS). Menjadikan Sekolah Al-Irsyad Sebagai Agen Perubahan Masyarakat  read more

“Maaf, bu…”

Gadis kecil itu hampir menangis, mata coklatnya berkaca-kaca, sekuat tenaga dia tahan bulir air mata yang hendak jatuh, terus menahan diri, bertahan, menarik napas panjang, kemudian perlahan dia hembuskan perlahan, berpacu dengan waktu, harus segera dia sudahi “drama” kesedihan ini.  Kemudian dia mencoba tersenyum dan perlahan bangkit dari kursinya, berdiri dengan gagah, berjalan dengan tegap, maju ke depan kelas, menunduk, mengambil buku tulisnya yang sengaja dilempar oleh guru matematikanya. Dengan hormat dia datangi gurunya, seraya berkata dengan sopan : “maaf bu, besok bukunya saya ganti yang baru”. Sang guru hanya mengangguk dan berkata ; ya , tanpa sedikitpun menoleh pada si gadis kecil yang sekali lagi berusaha sekuat tenaga agar bulir air matanya tidak jatuh menetes di pipi. Dan waktu berjalan begitu saja, hari itu murid-murid kelas V-A sedang sibuk mengerjakan soal matematika dan bahasa indonesia yang tiap hari menjadi menu wajib anak-anak yang sedang mempersiapkan diri mengikuti ujian akhir setahun kemudian.

Intan namanya, gadis kecil dengan bando merah, rambut lurus sedikit bergelombang dengan panjang sebahu, di pergelangan kirinya melingkar jam tangan kulit warna maroon hadiah dari kakeknya. 2 hari yang lalu, guru matematika sekaligus wali kelasnya berkata kepada murid-muridnya agar menyiapkan satu buku tulis baru, khusus untuk buku ulangan. Ya, buku ulangan. Karena rencananya tiap hari akan ada ulangan khusus mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia, agar murid-murid terbiasa dengan soal-soal ujian akhir saat kelas VI nanti, tentu saja diharapkan agar murid-murid mampu meraih nilai terbaik dan berhasil masuk sekolah manapun yang diinginkan. Waktu itu Intan hanya memiliki satu buku kosong yang sebenarnya tidak benar-benar kosong, sudah terpakai 2 lembar bagian depannya. Buku tersebut disampul rapi oleh Intan, sampul coklat kemudian dilapisi sampul plastik, namun 2 lembar buku yang sudah terpakai tidak disobek, melainkan dijadikan satu dengan sampulnya, sehingga jelas terlihat jika buku tersebut bukan buku baru. Hal itulah yang mungkin memicu kemarahan guru matematikanya, karena instruksi beliau jelas : siapkan satu buku tulis baru. Nah, buku tulisnya Intan tidak baru, sudah terpakai 2 lembar. Intan sama sekali tidak membantah, bahkan tidak marah, meskipun bukunya dilempar begitu saja di depan 38 murid yang lain. Intan hanya malu, karena diperlakukan seperti itu oleh gurunya, hanya kesalahan sepele, hanya karena 2 lembar buku yang tak disobek agar seolah-olah tampak baru. Mengapa saat itu intan tidak beli buku tulis yang baru?jelas karena tidak ada biaya, tidak mudah membeli satu buku tulis baru diluar buku tulis yang sudah terbeli pada awal tahun ajaran baru. Sebenarnya bisa saja Intan meminta pada orang tuanya agar membelikan satu buku tulis yang baru, untuk keperluan pendidikan pasti akan diutamakan. Namun Intan tidak berpikir sejauh itu, gadis 10 tahun itu berpikir bahwa yang penting bukunya masih bisa dipakai, hanya terpakai 2 lembar, masih ada 36 lembar yang kosong dan siap digunakan, untuk apa beli buku yang baru. Ternyata apa yang dipikirkan gurunya tidak sama dengan apa yang dipikirkan Intan, dimata gurunya mungkin anak ini tidak mematuhi perintah guru. Intan malu, sungguh benar-benar malu hingga hampir menangis, namun Intan teringat perkataan ayahnya 2 tahun yang lalu: “jangan menangis, karena menangis itu tidak pernah menyelesaikan masalah”.

Pada akhirnya Intan membeli buku tulis yang baru, dia membelinya sendiri, menggunakan uang jajan tambahan yang kadang diberikan oleh kakeknya. Intan tidak bercerita apapun kepada kedua orang tuanya, karena bagi Intan kejadian itu sudah cukup menyesakkan dada, tidak sanggup dia ceritakan pada orang lain, meskipun itu pada kedua orang tuanya. Intan tidak punya kakak dan tidak mungkin pula dia bercerita pada kedua adiknya yang baru berusia 5 dan 2 tahun. Apakah setelah membeli buku tulis yang baru masalah berhenti begitu saja?oh tidak, Intan harus berusaha memerangi perasaannya sendiri, setiap melihat guru tersebut, terbayang lagi kejadian “terbang” nya buku tulis miliknya di depan kelas, setiap pelajaran matematika dia pun teringat ekspresi wajah gurunya saat menerbangkan buku tulisnya, padahal setiap hari dia harus bertemu dengan guru matematika sekaligus wali kelasnya tersebut. Akibatnya pelajaran matematika sempat tersendat lama untuk bisa masuk ke dalam otaknya, meskipun hanya berupa penjumlahan bilangan negatif dengan bilangan positif begitu sulit masuk pada otaknya, karena dia benci guru tersebut, dia benci mengapa tak pernah ditanya baik-baik perihal bukunya yang tidak baru, dia benci diperlakukan seperti itu. Namun gadis kecil itu teringat, dia harus berhasil masuk SMP Negeri, dia harus bersekolah minimal sampai perguruan tinggi, karena pendidikan terakhir ayahnya adalah D-3. Ya, gadis berusia 10 tahun itu sudah memiliki target dan cita-cita yang jelas, bahwa dia ingin bersekolah hingga menjadi sarjana, dan yang paling penting, dia tidak pernah mengganti cita-citanya. Dari dulu dia ingin menjadi seorang guru.

Mengapa Intan ingin menjadi seorang guru?Karena dia melihat sosok ayah dan ibunya. Ibunya lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru, setingkat SMA di masa itu), sementara ayahnya pernah menjadi guru SMP serta guru mengaji di masjid. Intan suka melihat koleksi buku-buku ayahnya yang digunakan untuk mengajar, dari mulai buku geografi, fisika, biologi, hingga buku menggambar. Bukan hanya suka, tapi intan juga membaca buku-buku tersebut meskipun tidak tahu persis apa makna di dalamnya. Bermodalkan keinginan yang kuat untuk bisa jadi sarjana, Intan harus memerdekakan diri dari belenggu kebencian pada gurunya, tidak mudah, namun perlahan akhirnya Intan mampu bertahan di kelas V dengan prestasi yang cukup baik. Dia naik ke kelas VI dan pada akhirnya berhasil masuk SMP yang diinginkan. Apakah kisah Intan berhasil memerdekakan diri dari belenggu apapun terhenti saat intan di SMP?ternyata tidak, masih ada kisah lainnya yang cukup menguras emosi, hampir menyurutkan langkah Intan untuk meraih cita-citanya.

“Mbak, ada apa kamu kok rame saja!!!”, Intan terkejut, sedikit ragu, apakah dia yang dimaksud. “iya kamu mbak, kamu yang berjilbab!!!”, akhirnya Intan benar-benar sadar, bahwa yang dimaksud guru PMP itu adalah dirinya. Dengan sopan intan berkata : “iya bu, tugas saya sudah selesai, ini teman minta diajarin bagaimana mengisi LKS nya”. Guru tersebut semakin marah : “gak usah sok pintar kamu mbak, pakai ngajarin teman segala!!!”. Intan hanya terdiam membisu, tidak lagi menjawab perkataan gurunya. Membetulkan posisi duduknya yang tadinya menghadap kebelakang, duduk dengan posisi yang benar di bangkunya, diam saja, tanpa melakukan apapun, tanpa berkata apapun namun pikirannya bekerja maksimal, banyak tanda tanya di kepalanya. Salahku dimana?salahku apa?apa ngajarin teman itu salah?kan aku sudah selesai, apakah aku salah bila mengerjakan LKS itu di rumah?kan mudah, tinggal mencari jawabannya di buku bagian depan, sudah ada semua jawabannya disitu, tinggal disalin saja. Lalu mengapa aku dibilang sok pintar?Aku mengerjakan LKS itu sendiri, tidak meminta bantuan pada siapapun. Aku ngajarin teman juga benar-benar diajarin, bukan langsung memberi tahu jawabannya, ngajarinnya ya dengan cara memperjelas kalimat pertanyaan sehingga temanku lebih mudah mengerti, lantas dimana letak kesalahanku???. Bukankah dengan aku ngajarin teman malah memudahkan guruku, karena berkurang tugas guruku dalam mengajar anak itu, lantas dimana letak kesalahanku sesungguhnya???Demikian banyak tanda tanya yang ada di kepala intan. Hanya dia simpan sendiri, tidak dia ceritakan pada temannya, karena memang pada dasarnya Intan enggan bercerita apapun kepada siapapun. Kalaupun bercerita, dia hanya bisa berbagi kebahagiaan, seluruh kesedihan dan gundah gulana biasa dia curahkan pada buku hariannya.

Pelajaran PMP di SMP kelas 1 berlangsung seminggu 2 kali, artinya Intan harus bertemu dengan guru yang sama selama 8 kali dalam satu bulan, dan kurang lebih 80 kali dalam setahun (anggap saja dalam setahun ada 10 bulan efektif untuk kegiatan belajar mengajar). Tentu saja Intan tetap harus mengikuti pelajaran PKN dengan baik apabila dia ingin nilai raportnya bagus, dan tentu saja dia wajib mengikuti alur kegiatan belajar mengajar sesuai kemauan gurunya yang tidak suka apabila Intan mengajari teman. Dalam hati Intan berkata : baiklah, dulu masalah dengan guru matematika SD bisa kulewati, maka saat ini dengan guru PMP juga harus mampu kulewati. Aku harus tetap fokus belajar bagaimanapun kondisinya, aku ingin nilai raportku bagus, aku ingin peringkatku bagus. Tentu saja tidak mudah bagi remaja 12 tahun itu, kalimat sok pintar masih saja terngiang-ngiang di otaknya. Berulang kali Intan membujuk dirinya sendiri dengan berkata dalam hati : Aku memang pintar, bukan sok pintar, sambil tersenyum sinis karena masih tidak terima dibilang sok pintar oleh gurunya. Intan berhasil melewati kelas 1 SMP nya dengan mendapatkan peringkat 5, 7, dan 3 (kala itu, sekolah dibagi dalam catur wulan, satu catur wulan terdiri dari 4 bulan. Sehingga dalam setahun ada 3 kali terima raport). Di kelas 2 dan 3 juga dilewati Intan dengan lancar, bahkan di kelas 3 Intan berhasil mendapatkan peringkat 1 dari 40 siswa. Sesuatu hal yang sudah sangat lama dicita-citakannya. Pada akhirnya Intan berhasil masuk SMA yang sesuai dengan keinginannya, dan diterima di perguruan tinggi negeri pada pilihan pertama. Dia juga berhasil mencapai cita-citanya yaitu menjadi seorang guru, bukan hanya guru, melainkan guru matematika. Jelas dia masih ingat guru matematika yang pernah membuatnya sempat membenci matematika, guru matematika yang sempat menyurutkan langkahnya untuk menjadi murid terbaik. Intan juga masih ingat dengan guru PMP nya dengan kalimat sok pintar tersebut. Namun Intan mampu berdamai dengan masa lalu, mampu memerdekakan dirinya sendiri dengan melepaskan belenggu kebencian, mampu memerdekakan diri dengan pengambilan keputusan yang tepat untuk tetap fokus belajar, menjadi murid terbaik dan mengabaikan faktor lainnya yang tidak terlalu penting.

 

 

 

    Oleh : Aisah Rachmawati-Guru Matematika SMP

 

Read more...

Arti Kemerdekaan

Kalila Izza Abdillah 

 

Kemerdekaan adalah kondisi suatu daerah atau negara yang memiliki kebebasan, dimana pemerintahannya memiliki hak mengatur bangsanya sendiri tanpa ada ikut campur dari pihak asing. Tidak mudah bagi Indonesia berhasil sampai ke titik merdeka, Indonesia berjuang selama beratus-ratus tahun untuk meraih kemerdekaan. Jasa para pahlawan akan selalu dikenang karena sosoknya yang sangat berharga dan berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia, seluruh tumpah darah, keringat, dan perjuangan secara fisik maupun non-fisik sangatlah berpengaruh bagi Indonesia.

Dahulu, Indonesia sangat susah untuk bersatu, karena masih banyak yang bersikap kedaerahan. Sikap kedaerahan adalah adanya golongan di suatu daerah yang hanya mempedulikan golongan itu sendiri. Sikap ini sangat berbahaya di masa penjajahan, karena masyarakat Indonesia menjadi gampang terpengaruh dan terpecah belah akibat Devide et Impera atau taktik politis adu domba dari penjajah. Pada masa penjajahan, Indonesia juga sangat kurang dalam hal pertahanan, senjata yang digunakan masih sangat tradisional, kalah dengan penjajah yang sudah sangat maju dan memiliki senjata yang canggih. Belanda menjadi negara yang paling lama menjajah Indonesia, selama sekotar 350 tahun penjajah dari Belanda terus menerus datang dan mencoba menguasai Indonesia. Selain Belanda, ada beberapa negara lain yang juga menjajah indonesia, seperti Jepang, Inggris, Portugal, dan lain lain.

Sumber daya alam Indonesia yang kaya akan rempah-rempah menjadi alasan kuat bagi pihak asing untuk menjajah Indonesia. Mereka bisa dengan mudah merampas atau membujuk warga Indonesia agar mendapatkan apa yang mereka mau. Pada masa kolonial Belanda, masyarakat Indonesia mengikuti sistem kerja rodi atau kerja paksa, seperti membangun jalan raya Anyer-Panarukan, mambuat benteng, membangun pangkalan angkatan laut, dan lain lain. Terkadang masyarakat yang mengikuti kerja rodi mendapat upah sangat sedikit bahkan tidak mendapat upah sama sekali, semua itu dilakukan agar bisa bertahan hidup.

Usaha masyarakat Indonesia untuk merdeka tidak berhenti sampai disana saja, masih banyak yang perlu di perjuangkan. Sumpah Pemuda yang dibacakan pada 28 Oktober 1928 menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat Indonesia sudah bersatu, pelan-pelan sikap kedaerahan yang dimiliki masyarakat Indonesia sudah hilang. Ideologi masyarakat pada masa ini sangatlah baik, mereka berpikir walaupun berbeda ras, suku, dan keyakinan bukanlah suatu halangan bagi mereka untuk bersatu. Setelah belasan tahun mencoba untuk bangkit, Jepang mengakui kekalahannya.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, terjadi penculikan Soekarno-Hatta ke rengasdengklok yang dilakukan oleh golongan muda dengan tujuan menjauhkan Soekarno-Hatta dari pengaruh Jepang. Golongan tua berusaha membujuk golongan muda untuk melepaskan Soekarno-Hatta dengan jaminan akan segara dibacakan proklamasi kemerdekaan. Indonesia berhasil mengumumkan kemerdekaannya lewat Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, proklamasi diikrarkan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, pada 10.00 WIB. Namun, masih banyak yang belum bisa menerima akan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 19 September 1945, berkibar bendera Belanda di Hotel Yamato yang menimbulkan kemarahan warga Surabaya.

Dilakukan rundingan antara Soedirman dan Victor Willem Charles Ploegman untik menurunkan bendera Belanda, namun hasilnya nihil. Terjadilah peristiwa perobekan warna biru pada bendera Belanda yang berkibar di Hotel Yamato tersebut. Setiap pribumi yang berusaha memanjat sedikit demi sedikit untuk merobek bendera akan ditembak mati oleh golongan dari Belanda. Banyak tumpah darah dan keringat yang dikeluarkan oleh para pahlawan. Mereka berhasil merobek bendera

Belanda dan menyisakan bendera berwarna merah dan putih. Tidak berhenti sampai disana, kedatangan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) pada tanggal 25 Oktober 1945 juga menjadi faktor utama terjadinya peristiwa 10 November. Kematian jenderal A.W.S. Mallaby menimbulkan ultimatum penyerahan senjata yang disebarkan di Surabaya melalui selebaran, dengan ancaman jika tidak diserahkan maka sekutu akan menghancurkan Surabaya. Namun hal tersebut ditentang oleh warga Surabaya, mereka lebih memilih untuk melakukan perlawanan. Bung Tomo membangkitkan semangat seluruh masyarakat Indonesia dengan pidatonya yang disiarkan melalui radio tempat ia bekerja.

Pertempuran dimulai pada tanggal 10 November 1945 hingga 28 November 1945, sekitar 150.000 jiwa meninggal di Surabaya, Inggris berhasil memukul mundur para pejuang. Karena peristiwa tersebut, 10 November ditetapkan sebagai hari pahlawan hingga saat ini. Masih banyak peristiwa lain terkait perjuangan masyarakat untuk meraih kemerdekaan, maka dari itu mari menjaga seluruh fondasi yang telat para pahlawan bangun untuk Indonesia. Tidak harus dengan bertumpah darah ataupun keringat, dengan senantiasa menghilangkan pengaruh buruk dari pihak asing sudah termasuk dalam menjaga kemerdekaan.

Di zaman sekarang, banyak masyarakat Indonesia yang kurang peduli dengan sejarah, mereka lebih memilih untuk sekadar mengetahui, tidak untuk menjaga. Banyak dampak buruk yang terlihat di Indonesia akibat adanya pengaruh budaya asing, jarang sekali masyarakat Indonesia mau mengingat atau mempelajari tentang sejarah kemerdekaan Indonesia, walau seharusnya itu adalah hal yang penting.

Menjaga kemerdekaan Indonesia bisa dilakukan lewat hal-hal kecil, seperti menjaga nama baik Indonesia, menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesia, mempelajari sejarah Indonesia, dan masih banyak lagi. Lomba yang ada pada tanggal 17 Agustus dalam memperingati dirgahayu Indonesia juga bisa termasuk dalam salah satu cara menjaga kemerdekaan Indonesia. Masyarakat Indonesia harus lebih sadar terhadap keadaan warga Indonesia yang kurang bisa memilah pengaruh budaya asing yang masuk. Kita sebagai warga yang cinta akan negaranya harus bisa berubah menjadi lebih baik dan lebih peduli terhadap keperluan negara. Semua bisa dilakukan secara perlahan, bisa dimulai dari merubah pemikiran negatif terhadap Indonesia, berusaha untuk membangkitkan semangat juang antarwarga, dan kurangi hal-hal yang mampu memecah belah kesatuan seperti rasisme dan lain sebagainya.

Toleransi sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan Pancasila sebagai dasar negara juga bisa menjadi kunci utama dalam menjalin keakraban sesama. Apabila sudah menerapkan toleransi dan nilai pancasila dalam kehidupan, Indonesia pasti bisa menjadi negara yang lebih baik dari sebelumnya, masyarakat Indonesia akan lebih mudah untuk memahami apa arti kesatuan dan persatuan yang sesungguhnya. Jangan jadikan perbedaan sebagai bahan untuk merusak kesatuan, seharusnya, karena perbedaan itulah masyarakat Indonesia dapat mempelajari banyak hal baru yang bisa dijadikan landasan dalam bersosialisasi. Seluruh perjuangan yang telah kita bangun pasti membuatkan hasil apabila kita tahu cara mempertahankannya. Hilangkan sikap indivualisme, karena itu sangat berpengaruh dalam perpecahan kesatuan Indonesia. Mari kita coba untuk menurunkan ego dan memandang ke arah yang lebih luas.

Terapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemikiran pokok agar bisa menghargai segala perbedaan yang ada. Jangan menyia-nyiakan perjuangan pahlawan dan semua fondasi yang telah mereka bangun, kita harus bisa berjuang dengan sekuat tenaga yang kita miliki untuk senantiasa menjaga keutuhan negara Indonesia. Dengan berjuang Bersama-sama Indonesia akan menjadi satu negara yang utuh dalam kesatuan dan persatuan tanpa dapat diganggu gugat oleh pihak manapun.

Read more...

URGENSI NILAI – NILAI KEMERDEKAAN UNTUK DICONTOH GENERASI MUDA

Oleh : lutfiadi[1]

 

Tidak terasa bangsa Indonesia pada tahun  2023 ini genap merayakan kemerdekaan 78 tahun. Tema yang diangkat dalam kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2023 ini adalah “ Terus melaju untuk Indonesia maju” tentu tema ini merefleskikan semangat bangsa Indonesia untuk terus melanjutkan perjuangan pembangunan, berkolaborasi bersama memanfaatkan momentum untuk menjadikan Indonesi lebih maju.

Dengan kemerdekaan yang sudah cukup lama, maka kita sebagai rakyat Indonesia harus tetap menjaga keutuhan persatuaan, toleransi serta semangat juang dalam melanjutkan perjuangan para pahlawan kita yang sudah berkorban merebut kemerdekaan ini dari tangan penjajah, kita juga harus memberikan pemahaman yang benar tentang makna dan nilai-nilai kemerdekaan bagi generasi muda sehingga mereka bisa mengambil pelajaran penting dari perjalanan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan ini dari tangan penjajah.

Kita tahu bahwa Indonesia merdeka bukan hasil pemberian apalagi mengemis kepada penjajah. Bangsa ini merdeka karena perjuangan semua elemen masyarakat Indonesia dengan semangat yang berkobar rela meninggalkan keluarga, mengorbankan harta, tenaga bahkan nyawa demi mewujudkan cita-cita bangsa yaitu kemerdekaan.

Lalu, apakah generasi muda sekarang mengerti tentang makna dan nilai-nilai kemerdekaan?  atau mereka hanya menjadikan kemerdekaan sebagai simbol perayaan saja ketika tanggal 17 agustus tiba dan melupakan nilai-nilai penting kemerdekaan?. Berikut ini ada beberapa nilai – nilai penting kemerdekaan yang harus diketahui oleh generasi muda lalu dijadikan referensi untuk melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa dan pahlawan Negeri ini, kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat , berbangsa dan bernegara.

Kemerdekaan butuh perjuangan

Kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini tentu bukan didapatkan secara mudah dan santai melainkan dari hasil perjuangan yang panjang dan pengorbanan jiwa dan raga dari para pejuang serta mendapatkan keridhaan dari Allah subhanahu wa ta’ala . Sebagai generasi muda tentu harus memahami bahwa tidak ada sebuah kemerdekaan tanpa adanya perjuangan dan pengorbanan, artinya untuk meraih sebuah cita-tita yang tinggi itu butuh proses, untuk meraih puncak kejayaan itu butuh waktu yang lama, usaha yang keras, doa dan keyakinan. Maka janagn pernah penangisi atas kehialngan sesuatu yang kamu tidak pernah perjuangkan. Hidup ini adalah perjuangan dan harus diperjuangkan, sempurnakan usaha dengan doa kemudian menunggu hasil dengan kesabaran.kemerdekaan bukan akhir dari perjuangan, kita harus menjaga apa yang telah ditinggalkan oleh para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan.

Melibatkan Allah dalam segala hal

Dalam pembukaan UDD 45 alenia ketiga berbunyi, “ atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesiamenyatakan kemerdekaan.”  Makna alenia ketiga UUD 45 ini mengandung motivasi spritual, yaitu kesadaran dan pengakuan bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hanya hasil perjuangan rakyat semata, namun juga karena rahmat Tuhan. Ini merupakan pelajaran penting bagi generasi muda bahwa mereka harus melibatkan Allah dalam setiap urusannya.

Sebagai contoh dari pahlawan  Kemerdekaan Republik Indonesia ini adalah Jendral Sudirman. Beliau merupakan sosok pemmimpin TNI pertama kali yang kuat agamanya. Jendral Sudirman dikenal dengan sosok yang rajin berpuasa .Disampng  itu, ia tidak pernah meninggalkan shalat di tengah kondisi apapun dan selalu menjaga wudhunya. Begitu juga dengan Bung Tomo , pada 10 November 1945 ketika terjadi pertempuran di Surbaya. Melalu pidatonya , “ Dan kita yakin saudara-saudara . Pada akhirnya kemenangan akan jatuh kepada kita, sebab Allah selalu ada dipihak yang benar. Percayalah saudra-saudara tuhan akan melindungi kita sekalian . Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar !  Merdeka !!!. seruan takbir Bung Tomo disatu sisi mengagungkan nama Allah untuk memohon kekuatan dari Allah dan menyemangati rakyat.

Oleh karena itu, sebagai generasi muda didalam malakukan aktifitas, berjuang mengejar cita-cita dan kesuksesan harus melibatkan Allah,. kenapa harus melibatkan Allah dalam segala urusan kita? Jawabannya karena kita adalah manusia biasa yang hanya merencanakan dan berusaha, sekalipun permasalahan yang sangat banyak, sampai kadang kita tidak mampu melewatinya dan menyerah mencari jalan keluar, maka hanya Allah ayang akan memberikan petunjuk dan mempermudah urusan kita. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa ketika Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam menasehati pemuda yaitu Abdullah bin Abbas Radiyallahu anhuma  agar selalu mengingat Allah, meminta hanya kepada Allah , selalu mengingat Allah diwaktu luang maupun sempit.

Pantang menyerah mengejar cita-cita

Mengejar cita-cita adalah keharusan bagi kita, di masa lalu cita-cita mulya rakyat Indonesia adalah merdeka dari penjajahan . Untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia ini,  para pahlawan dan masyarakat Indonesia tidak pernah menyerah dan putus asa menghadapi para penjajah walaupun mereka berbekal senjata seadanya, namun semangat dan percaya diri meraih kemerdekaan sangat tinggi. Mereka sadar untuk meraih sebuah cita-cita yang luhur akan ada banyak cobaan, ujian bahkan goncangan, sama halnya ketika kita ingan meraih surga yang dijanjikan oleh Alllah.

أم حسبتم أن تدخل الجنة ولم يأتكم مثل الذين خلوا من قبلكم مستهم البأساء والضراء وزلزلوا حتى يقول الرسول والذين أمنوا معه متى نصر الله الآ إن نصر الله قريب

Artinya : Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaima orang-orang terdahulu sebelum kamu ? mereka ditimpa oleh malapetka dan kesengsaraan serta digoncangkan (denagan bermacam-macam cobaan ) sehingga berkata Rasul an orang-orang yang beriman bersamanya: bilakah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesunggunya pertolongan Allah sangat dekat. (QS: al-baqarah ayat 214)

Sementara, cita-cita Bangsa Indonesia sekarang adalah bagaimana menciptakan poros ekonomi yang kuat di dunia, membangun peradaban, mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Patut dijadikan contoh Bagi generasi muda sekarang bagaimana kesungguhan dan semangat para pejuang kemerdekaan yang tidak kenal menyerah dan putus asa. Generasi muda sekarang jangan melupakan sejarah. Generasi muda harus tetap semangat menjaga dan merawat keutuhan persatuaan bangsa ini, jangan biarkan para penghianat menguras kekekayaan Bangsa ini, jangan biarkan para pengacau yang luarnya manis tapi dalamnya busuk merongrong pesatuan dan kesatuaan bangsa ini. Tetap berjuang walaupaun tidak mengangkat senjata. Tetap suarakan kebenaran dengan lantang walaupun itu pahit .

 

Menumbuhkan rasa saling menghargai dan menghormati

Bagi generasi muda yang harus diperhatikan dan dijadikan pedoman dari nilai-nilai kemerdeaan di dalam berbangsa dan bernegara adalah menumbuhkan rasa saling meghargai dan menghormati. Sebagai generasi muda harus menghargai jasa-jasa pahlawan yang berjuang meraih kemerdekaan ini.  Sebagai bentuk implementasi dari nilai-nilai kemerdekaan bagi generasi muda yang hidup di zaman sekarang adalah meghargai dan penghormati perbedaan yang ada di Indonesia ini, perbedaan Agama, suku dan Ras dalam bermasyarakat dan bersosial.

 

 

Terima Kasih

 



[1] Guru PAI dan Bahasa Arab SMA AL_IRSYAD

Read more...

BENARKAH NEGERIKU TELAH MERDEKA?

Kumpulan awan hitam bersatu diatas langit yang kelam tanpa senyuman sang mentari. Jeritan langit-langit mulai berkumandang dikedua telinga kecilku. Namun semua itu tak menggoyahkan tanganku untuk turun berhenti menghormati sang saka merah putih. Ya, hari ini adalah hari dimana sang pertiwi sedang merayahkan ulang tahunnya, hari kemerdekaan Indonesia.

 

     Ditengah lapangan yang cuacanya tak lagi ramah, sang saka merah putih perlahan demi perlahan dikibarkan dengan iringan lagu Indonesia raya. Kunyanyikan bait demi bait lagu, kuhanyutkan diri dalam melodi nada,  kututup netraku yang perlahan meneteskan air matanya, kuukirkan senyum ditengah nuansa 78 tahun indonesiaku merdeka. Tak terbayang oleh anganku, berapa juta liter darah dan keringat tak bersalah yang tumpah selama ratusan tahun dibawah ribuan todongan senjata.

 

     Tahap demi tahap upacara telah terlaksana, hingga pada penutup upacara, para siswa dan para guru mulai dibubarkan. Banyak yang langsung pulang, banyak yang masih mengobrol, bahkan pergi kekantin, banyak juga yang duduk-duduk dilapangan hanya untuk sekedar melepas penat. Sementara aku saat ini sedang mengistirahatkan raga dibawah tempat teduh yang lumayan jauh dari keramaian, hanya ada aku dan 2 siswi lain disini.

 

     Oh ya, sebelumnnya perkenalkan namaku Fatimah Launara Afisya, biasa dipanggil fisya. Gadis berlesung pipi yang saat ini menginjak usia 17 tahun. Aku kelas 12 semester 1 yang masih sempoyongan berdiri dengan kedua kakiku sendiri

 

“enak ya hidup di luar negeri, terutama London dan Swiss. Negaranya maju, tempatnya bersih, banyak orang-orang berpendidikan lagi, gak seperti di Indonesia”

 

     Sayup-sayup kudengar pembicaraan dari 2 siswi disebelahku. Kualihkan perhatianku dari handphone ke arah mereka. ‘ah, ternyata adek kelas’ batinku setelah kulihat bed mereka yang masih bertulisan angka 11

 

“gak usah diragukan lagi kalau London sama Swiss. Jangan bandingin sama Indonesia, jelas kalah jauh. Sampah ada dimana-mana, banyak pengangguran, korupsi gak habis-habis, banyak orang yang buta huruf dan angka, memang pemerintahan Indonesia gak ada yang becus ” ucap salah satu siswi yang membawa segelas es cokelat yang hampir habis ditangannya. Teman satunya yang memakai kacamata hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan teman disebelahnya  “btw, besok kamu masuk sekolah gak?”

 

“besok kan ada pr matematika sama Bahasa Indonesia ya? Aku bolos aja deh, capek habis upacara tadi. Selain itu juga lagi malas mikir, apalagi ketemu matematika besok”

 

“kalau gitu besok kita ke mall aja yuk, katanya ada event baru besok pagi. Sekarang kita pulang dulu aja, mumpung hujan belum turun. Soal pr nanti kita bisa nyontek yang lain”

 

“Okey deh” mereka mulai beranjak dari tempat duduk mereka. Sebelum benar-benar pergi, salah satu dari mereka membuang gelas es cokelat yang telah habis sembarangan

 

“Dek!!” panggilku dengan sedikit keras

 

     Mereka menoleh kebelakang menatap ke arahku. Aku pun beranjak dari dudukku menghampiri gelas es cokelat yang telah dibuang sembarangan

 

“kalian tahu kenapa London dan Swiss negaranya bersih?” tanyaku pada mereka

 

Mereka memasang wajah bingung dengan sikap tiba-tiba yang kulakukan. Mereka saling pandang sejenak sebelum siswi berkacamata mulai menjawab “tentunya karena pemerintahan mereka yang bagus dan benar-benar memperhatikan kemajuan bangsanya”

 

“benar. Tapi kesadaran masyarakat juga dibutuhkan..” kupungut gelas es cokelat yang ada dibawah kakiku “..untuk membangun sebuah rumah tangga yang bagus dan nyaman untuk ditinggali, perlu adanya kerjasama antara penghuni rumah. Akan berat jika hanya satu pihak yang menjaga kebersihan dan kenyaman, sementara satu pihak lain selalu mengotori dan berbuat semaunya sendiri. Jika seperti itu, bagaimana  suatu negara dapat menjadi negara yang maju?” lanjutku

 

Melihat mereka yang hanya diam termenung, aku kembali bersuara “menurut kalian, mengapa rata-rata masyarakat London dan Swiss memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari indonesia?” tanyaku seraya kutatap mata mereka yang sedikit menundukkan kepalanya

 

“karena dibandingkan pergi ke mall, banyak dari mereka yang lebih memilih mengerjakan pr matematika yang lebih sulit. Alih-alih menghindari, mereka lebih memilih untuk menghadapinya sendiri tanpa menyontek yang lain. Alih-alih mengeluh, mengapa kalian tidak mencoba melakukan tindakan untuk membuat Indonesia lebih merdeka dari tanggal 17 agustus 1945? Dengan kita belajar itu sudah meneruskan perjuangan para pahlawan kita. Jangan pernah mengibarkan bendera putih dalam belajar, karena masa depan bangsa bergantung pada generasi muda seperti kalian”

 

     Selesai mengatakan itu, aku beranjak dari hadapan mereka setelah kuserahkan gelas es cokelat yang kupegang tadi ketangan mereka.

 

-----------------

 

     Hiruk pikuk jalanan sang kota pahlawan tak pernah berubah. Hanya saja hari ini lebih banyak bendera merah putih yang berkibar dimana-mana. 78 tahun indonesiaku menghirup udara kemerdekaan, berdiri dan mulai melangkah dengan kedua kakinya sendiri. Bebatuan tak luput pula menyertai jalannya, beberapa kali membuat langkah ibu pertiwi goyah dan terjatuh, namun sedikit pun tak pernah berniat mengibarkan bendera putih pada dunia

 

“hai fisya”

 

Kutolehkan kepalaku kesamping kanan dikala runguku mendengar seseorang menyapa diriku. Seorang Perempuan cantik dengan gigi gingsulnya. Ia adalah seorang relawan di desa-desa terpencil, aku mengenalnya saat diriku menjadi relawan di daerah NTT 5 bulan lalu. Dia bernama Ravella Putri Azzahra, biasa dipanggil dengan Vella

 

“hai juga vel. Kamu sedang apa di Surabaya?” tanyaku. Karena setahuku perempuan tersebut bukan penduduk asli Surabaya

 

“aku sekarang kuliah sambil kerja disini. udah sekitar 3 bulan yang lalu”

 

“ooh, tinggal di daerah mana disini?” basa-basi kami terus berlanjut sambil berjalan ditemani pohon-pohon yang daunnya mulai mongering dan menjatuhkan dirinya

 

     Beberapa langkah telah kami lewati bersama dengan kami yang terus bertukar kabar dari lamanya waktu memisahkan. Tak sengaja netraku menangkap seorang pengemis tua yang ringkih duduk dipinggir jalan sambil mengusap perutnya

 

“melihat nenek pengemis yang menahan perihnya kelaparan di hari Indonesia merayakan kebebasannya, apa arti kemerdekaan yang sebenarnya bagimu? Apakah benar Indonesia sudah benar-benar merdeka?”tanya Vella yang juga menatap pengemis tersebut

 

Aku mulai melangkahkan kaki ke arah nenek tua tersebut. Kutaruh uang 10.000 digelas plastik yang rata-rata berisi uang receh didekat nenek tersebut

 

“Terima kasih nduk sedekahnya, semoga diberi kesehatan dan kelancaran segala urusan yang akan datang” ku aminkan doa yang nenek panjatkan untukku

 

“sama-sama nek”

 

“tadi ada upacara 17 agustusan ya?” tanya nenek padaku, aku pun hanya menganggukkan kepala tanda mengiyakan ucapan si nenek

 

“nanti malam katanya akan ada acara besar-besaran untuk merayakan kemerdekaan Indonesia di alun-alun kota, kamu datang? Tanya nenek lagi kepadaku

 

“insyaallah, iya nek. Nenek sendiri bagaimana?”

 

Jeda beberapa detik, nenek terdiam membisu. Kulihat perlahan nenek mulai tersenyum dan menatap tepat ke arah mataku seraya berkata “tepat hari ini ditahun 1945 para polisi membebaskan ibu pertiwi dari penjara yang dingin dan gelap gulita. Setelah ratusan tahun dibalik jeruji besi yang penuh kekanganan, akhirnya ibu pertiwi dapat menghirup udara kemerdekaan nya. Merah putih berkibar dimana-mana, banyak teriakan dan tangis haru saling bersahut-sahutan. Nenek bahagia saat itu, namun sayangnya nenek yang saat itu berusia 7 tahun tidak memiliki tenaga untuk berlari dan teriak-teriak seperti anak-anak yang lainnya, tenaga nenek saat itu sudah habis untuk menahan perihnya rasa lapar..”

 

Aku terdiam, lidahku kaku tak bisa mengucap kata. Kutatap lembut mata nenek yang mulai berkaca-kaca

 

“Nenek kira saat sorakan ‘MERDEKA’ mengisi pelosok negeri, nenek akan menjalani hidup lebih layak dan tak perlu menahan lapar lagi. Namun nyatanya sebelum dan sesudah merdeka, kelaparan masih nenek rasakan. Lalu apa arti merayakan kemerdekaan untuk orang-orang seperti kami? Bagi rakyat yang setiap harinya tak pernah kenyang, kemerdekaan tak ada bedanya dengan zaman penjajahan. Bukankah mati karena tembakan lebih baik daripada mati secara perlahan karena kelaparan?”

 

     Aku terdiam membisu, rasanya seperti suaraku dipenjarakan secara paksa. Korupsi, kelaparan, pengangguran, kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan lainnya, benarkah negeriku ini sudah benar-benar merdeka?

 

     Bagiku tidak, Indonesiaku masih setengah merdeka. 78 tahun usia yang masih dini untuk ribuan pulau dan ratusan juta manusia mengecap arti kemerdekaan yang sebenarnya.

 

     Pondasi dari merdekanya suatu negara berasal dari iman dan ilmu kepintaran yang didapatkannya dari belajar, jangan pernah mengejar kepintaran tanpa keimanan yang menyertai, suatu negara akan hancur dengan penduduk seperti itu.

 

     Perjuangan tak selalu berbentuk darah, jangan pernah berhenti mengejar ilmu dan iman, bahkan disaat tulangmu rasanya akan patah. Karena perjuangan sang pertiwi tidak berhenti pada tanggal 17 Agustus 1945

 

     Kalau menurut kalian? Apa arti kemerdekaan yang sebenarnya?

 

 karya Syifa’ul Ummah

Siswa SMK XII-Keperawatan 1

pemenang lomba menulis kreatif tingkat SMK bertema Kemerdekaan yg diselenggarakan YPAS

Read more...

Guru yang Merdeka Mengajar dengan Cinta

Merdeka dalam mengajar adalah tampak dari keikhlasannya saat menjalankan peran sebagai guru. Menjalankan peran dengan penuh cinta dan ketulusan.

Saat lagi capek-capeknya menghadapi anak-anak yang remidi, tiba-tiba ingat dengan ucapan mbah Moen tentang bagaimana seharusnya seorang guru ketika mendapati anak didiknya yang masih kesulitan belajar.

Jadi guru itu tidak usah punya niat  bikin pintar orang, nanti kamu hanya marah-marah Ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan pada Allah, didoakan saja terus menerus agar muridnya mendapat hidayah.

Memang benar, selama ini ketika ada siswa yang nilainya belum mencapai  KKM, maka kita akan merasa bahwa itu semua adalah kesalahan siswa. Sebagai guru kita telah merasa melakukan yang terbaik, mulai dari penyampaian materi,  pemilihan bobot  soal yang diujikan, maupun segala macam alasan lainnya. Namun pada kenyataannya, tetap saja ada anak-anak yang remidi. Akhirnya kita akan merasa capek dan terkadang marah terhadap si anak, baik itu kita lakukan secara langsung dihadapan si anak, maupun secara diam-diam (terkadang membicarakannya dengan teman sekantor, atau ada juga yang memilih untuk memendamnya dalam hati)

Jika kita menyadari bahwa tugas kita sebagai guru adalah sebatas menyampaikan dan mendoakan, maka niscaya tidak akan merasa kesal dan marah jika masih ada anak yang remidi. Jika saja kita menyadari bahwa mengajar anak-anak yang disertai dengan keikhlasan adalah sebuah ibadah yang memiliki nilai sangat tinggi disisi Allah, maka kita tidak akan merasa rugi saat harus mengulanginya berapa kalipun.

Kalau saja kita meyakini bahwa saat kita melakukan kegiatan belajar mengajar adalah saat dimana para malaikat menggunakan sayapnya untuk memberi naungan bagi kita, seluruh makhluk dilaut dan di bumi berdoa dan memohonkan ampun untuk kita, serta padanan yang Allah berikan kepada kita adalah menimbang tinta-tinta yang kita keluarkan setara dengan darah para syuhada, niscaya tidak akan pernah ada drama dan ungkapan-ungkapan “Haduh….dia lagi….dia lagi….selalu remidi….”

Kembali pada dawuh mbah Moen diatas, tugas guru selain Ikhlas dalam mendidik adalah mendoakan…nah, untuk yang ini kita kerap melalaikannya. Lupa menyertakan nama anak-anak didik kita dalam doa-doa yang kerap kali kita panjatkan. Padahal seandainya kita menyebut mereka dalam doa-doa kita, maka Allah akan bentangkan “tali” yang akan menghubungkan kita dengan si anak, dimana pada gilirannya nanti akan melahirkan sebuah ikatan yang tidak akan lekang walau mereka sudah keluar dari sekolah. Bahkan pada tataran yang lebih jauh lagi, insyaAllah “tali” tersebut akan menjadi salah satu penyebab dientaskannya kita dari neraka, dan ditarik menuju surga Allah. Bisakah kita bayangkan, betapa bahagianya ketika kita sedang menderita di neraka, tiba-tiba ada tangan yang menarik kita, dan setelah kita melihatnya, dia adalah salah satu anak didik kita di dunia.

Ada sebuah kisah yang sangat menarik, dimana jika kita cermati maka kisah ini bisa menjadi pelipur lara ketika sebagai guru maupun orangtua merasa gagal dalam mendidik anak. Kisah indah ini dinukil dari manusia terbaik dan  guru terhebat sepanjang masa, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, yang disajikan dengan sangat indah oleh Salim A. fillah dalam Lapis-Lapis Keberkahan.

Suatu saat Aisyah bertanya kepada Rasulullah “ Wahai Rasulullah, peristiwa apa yang menurut engkau lebih berat daripada perang Uhud?” lantas Rasul menjawab, bahwa dakwah beliau ke Thoif adalah sebuah peristiwa yang jauh lebih berat bagi beliau disbanding perang Uhud.

“ Aku pergi dengan kegundahan dalam hati, hingga tiba di Qarn Ats-Tsa’alib. Ketika kuangkat kepalaku, maka tampaklah Jibril memanggilku dengan suara yang memenuhi ufuk. “Sesungguhnya Rabb mu telah mengetahui apa yang dikatakan dan diperbuat kaummu terhadapmu. Maka Dia mengutus malaikat penjaga gunung ini untuk kau perintahkan sesukamu”

“Lalu malaikat penjaga gunung menimpali “ya Rasulallah, ya Nabiyallah, ya Habiballah, perintahkanlah, maka aku akan membalikkan gunung Akhsyabain ini agar menimpa dan menghancurkan mereka yang telah ingkar, mendustakan, menista, mengusir dan menyakitimu”

Dan lihatlah jawaban yang keluar dari lisan yang mulia. Padahal Allah sudah menawarkan hal yang sangat menggiurkan untuk melampiaskan rasa kecewa yang membuncah di dada. Jawaban yang sungguh tidak akan mungkin keluar dari manusia biasa.

“ Tidak, sungguh aku ingin agar diriku diutus sebagai pembawa Rahmat, bukan penyebab azab. Bahkan aku ingin agar dari sulbi-sulbi mereka, dari Rahim-rahim mereka, kelak Allah akan keluarkan anak keturunan yang mengesakan-Nya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun”

Mengapa Rasulullah memilih peristiwa diatas sebagai sebuah kisah yang lebih berat daripada perang Uhud? Padahal  dalam perang Uhud pelipis beliau terluka oleh 3 cincin besi, lutut beliau juga terluka, 70 sahabat setia gugur dan paman tercinta wafat dalam kondisi mengenaskan. Bukankah perisitiwa itu sudah sangat menyedihkan? Akan tetapi bagi Rasulullah penolakan atas dakwah di Thoif jauh lebih menyedihkan.

Ternyata sedihnya beliau adalah karena rasa cinta yang begitu besar kepada ummatnya. Melihat penolakan dan perlakuan mereka, sudah terbayang bahwa Allah pasti akan murka kepada mereka.  Maka seperti halnya seorang ibu ketika membayangkan hal buruk akan menimpa anak-anaknya,  pasti akan merasa sedih.

Hal lain yang perlu dicermati adalah, Rasulullah tidak putus asa dengan kondisi tersebut. Bahkan doa-doa terbaik tetap terkirim untuk para manusia “durhaka” ini, dimana jika bukan mereka yang jadi baik, minimal anak keturunan merekalah yang akan jadi manusia-manusia beriman.

Menghadapi penolakan itu, Rasulullah bahkan sempat mengakui kelemahan dirinya dalam berdakwah. Dengan mengucapkan doa berikut

“ Allahumma ya Allah, kepada- Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku dihadapan manusia. Wahai Tuhan yang Maha Rahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa Engkau hendak serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli, sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah akua dukan halku sehingga Engkau Ridha kepadaku. Dan tiada daya Upaya melainkan dengan kehendak Mu”

Sungguh sangat indah, betapa ketika Rasulullah merasa tidak mampu menyampaikan tugasnya berdakwah, beliau tidak mencari alasan dengan menyalahkan penduduk Thoif, namun justru mengakui bahwa salah satu penyebabnya adalah karena “kelemahan” beliau, dan saat itu juga beliau melibatkan Allah untuk menutupi kegundahan hatinya.

Jika dikaitkan dengan perasaan kita saat meremidi anak-anak kita, bukankah kita juga merasakan kesedihan yang sama saat anak-anak tidak menguasai apa yang telah kita sampaikan? Merasa dikhianati dan disepelekan saat kita melihat angka-angka yang berkisar pada ukuran nomor sepatu tertera di lembar-lembar ujian mereka? Bukankah rasanya akan sangat memuaskan saat kita mengeluhkan tentang si A yang selalu remidi dan teman kita menimpali dengan ucapan “bener banget….si a memang kaya’ gitu, disaya juga remidi…”

Bahkan terkadang kepada si anak, kita dengan “murah hati” melontarkan kalimat “kamu tidak akan jadi apa-apa jika terus seperti ini….” Sebuah kalimat yang mungkin bagi kita saat mengucapkannya terasa biasa saja, namun bagi beberapa hati yang menerimanya akan terasa sebagai hunjaman pedang yang menancap ke ulu hati. Tidakkah kita berpikir bahwa ucapan itu juga nantinya akan dihisab? Bagaimana jika karena ucapan itu maka seorang anak akan melabeli dirinya sendiri dengan label negatif dan terbawa sampai kehidupannya selepas sekolah? Dan bayangkan jika kelak dihadapan Allah, si anak berkata “ya Allah, aku seperti ini karena ucapan salah satu guruku yang meragukan bahwa aku bisa menjadi manusia baik”

Pernahkah terlintas dalam pikiran kita, bahwa kegagalan itu juga salah satu penyebabnya adalah karena kelemahan kita? Atau justru kita tetap bersikukuh bahwa “saya sudah berupaya secara maksimal, dianya aja yang kurang fokus dan semacamnya”

Tiba-tiba terdengar suara yang sangat pelan dari diri sendiri, yang ditujukan kepada diri sendiri pula

“Baru juga meremidi… sudah gak sabar. Padahal anak-anak juga sudah nurut, gak marah-marah, gak mengusir apalagi melempar batu. Mengajar dan remidinya juga di kelas yang tidak panas, gak perlu jalan kaki jauh-jauh, dapat ijaroh pula. Lihatlah Rasulullah yang harus menempuh perjalanan 100 km dalam cuaca panas, berjalan kaki,  beliau tawarkan ajakan untuk keselamatan, tidak dibayar dengan materi, malah ditolak, dihina, diusir, dilempari batu dan bahkan diancam untuk dibunuh”

“Gitu kok ngaku warsatul anbiya’….jangan ngaku-ngaku hanya pada tinggi derajatnya saja tapi gak mau mengikuti susahnya” timpal suara lainnya.

Akhirnya, kita akhiri tulisan ini sampai disini, karena suara-suara lainnya akan semakin banyak bermunculan.

At least, semoga Allah mengaruniakan kesabaran kepada kita dalam mendidik anak-anak dan dari amal yang sedikit itu, Allah terima dan menjadi penolong kita di hadapan Nya. Aamiin…ya Robbal alamiin…

 

Kamal, 12 Agustus 2023

26 menit menjelang deadline.

Fitriya Zulianik (Guru SMK)

pemenang lomba menulis kreatif tingkat guru dan karyawan bertema Kemerdekaan yg diselenggarakan YPAS

Read more...
Penyerahan bantuan Bencana Gempa di Cianjur

Penyerahan bantuan Bencana Gempa di Cianjur

Assalamulaikum.

Kami Yayasan Perguruan Al-Irsyad Surabaya (YPAS) Pada hari Senin tanggal 28 November 2022, , telah menyerahkan Bantuan uang tunai sejumlah Rp 32.663.000,- Kepada korban bencana alam Gempa Bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa barat.  Bantuan tersebut kami salurkan melalui Yayasan dana Sosial Al-Falah (YDSF),untuk lebih tepat sasaran dikarenakan tim YDSF sudah terjun secara langsung ke lokasi bancana Alam. 

Bantuan ini kami kumpulkan dari seluruh siswa-siswi , orang tua siswa, guru maupun seluruh karyawan yang berada di lingkungan YPAS, baik dari jenjang  PG-TK, SD, SMP, SMA, dan  SMK. Dana tersebut dikumpulkan sebagai wujud kepedulian kepada sesama manusia. 

Terima kasih kepada  semua pihak yang telah memberi kepercayaan kepada YPAS. terima kasih juga kepada YDSF atas kerja samanya dalam membantu Korban-korban Bencana

Semoga Amal kita semua diterima oleh Allah ta'ala dan para korban bencana diberikan kesabaran serta di ampuni dosa dosanya

Read more...
Kelas Startup Bisnis Gratis untuk Milenial

Kelas Startup Bisnis Gratis untuk Milenial

Kelas Startup Bisnis Gratis untuk Milenial

Dibuka pendaftaran kelas pembuka dari rangkaian "Startup Business - Short Course" yang akan dilaksanakan setiap hari Sabtu mulai 12 November 2022.

Dalam kegiatan ini kamu akan diajak untuk belajar lebih dalam tentang bisnis startup.

Kegiatan ini dibuka bagi mahasiswa dan umum yang ingin belajar langsung dengan Akademisi dari Universitas Ma Chung.

Hartomy Akbar Basory
(Dosen Startup Business Universitas Ma Chung)
Sabtu, 05 Nov 2022
Aula Hasan Al-Banna (Masjid Al Irsyad Surabaya)

maps.app.goo.gl/YAdfdh3aHPsAk29Y9

So, tunggu apa lagi?

Daftar sekarang melalui:
https://bit.ly/sgstartupcourse2022

Rencanakan dan mulai bisnis startupmu dari sini!
.
.
.
#islam #reelsviral #reelsinstagram #startup #milenial #pemuda #coronavirus #workshop #bisnis #surabayahits #surabaya

Read more...

SD Al Irsyad berbeda dengan Sekolah yang lain

Berbeda dengan sekolah-sekolah lain di Surabaya,  SD Al Irsyad berani menerima pendaftaran peserta didik baru (PPDB) dengan usia kurang dari 7 tahun. SD Al Irsyad berkomitmen, meski input beragam, tapi tetap mengupayakan output-nya menjadi berlian. Tidak mudah memang, tapi para pendidik SD Al Irsyad berupaya semaksimal mungkin kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas adalah semboyan kami untuk mendidik anak-anak penerus bangsa.  Hal ini adalah adanya kerjasama segitiga emas antara sekolah siswa dan orang tua agar anak-anak berprestasi optimal.

 Dengan usia yang beragam perkembangan dan adaptasi anak sekarang otomatis berbeda-beda. hal itu dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik pada tahap perkembangan afektif misalnya Setiap anak mengalami perkembangan yang tidak sama. Hal ini tampak pada siswa kelas 1 yang usianya kurang dari 7 tahun saat masuk pertama kali. ada perasaan cemas dan takut Apalagi setelah melewati libur hari Ahad.Untuk mengawali Senin, mereka masih perlu dibuat nyaman terlebih dahulu. Guru mencurahkan kasih sayang kepada anak-anak untuk melawan emosi, ketakutan dan rasa cemas mereka

 Aspek kognitif merupakan aspek utama dalam kurikulum pendidikan dan menjadi tolak ukur penilaian perkembangan anak yang mengacu pada proses mengetahui maupun pengetahuan itu sendiri. salah satu aspek kognitif adalah pengetahuan dan pemahaman. untuk menggali aspek kognitif siswa kelas 1, SD Al-Irsyad Surabaya mengembangkan beberapa program, salah satunya adalah pemberian tambahan konsep dasar CALISTUNG untuk anak-anak yang dirasa belum berkembang, misalnya: belum hafal huruf, penulisan huruf terbalik dan membacanya terbata-bata.

 Kegiatan tersebut dilaksanakan setelah pulang sekolah oleh wali kelas masing-masing. tambahan Calistung ini biasanya diberikan pada bulan Oktober semester 1. Bahkan, jika ada kelas 1 yang terlambat dijemput, guru-guru memberi tambahan belajar membaca di kelas. secara otomatis, ada komunikasi dan kerjasama antara guru dan orang tua.

 Dania, misalnya ketika kelas 1, dia belum tahu huruf, berkat mengikuti tambahan pelajaran sepulang sekolah dan kerjasama dengan orang tua, Alhamdulillah tidak sampai semester 2 dan Nia sudah lancar membaca saat tulisan ini dibuat. Ia sekarang sudah kelas 2

 Belajar di luar kelas juga membantu anak-anak untuk mampu mendeskripsikan, memahami dan membedakan tentang pelajaran yang diberikan guru kegiatan ini dilakukan di taman taman DPR di bawah Pondok Pinang taman lalu lintas juga kebun binatang Mini dengan melihat langsung benda yang diajarkan guru, cara ini memudahkan siswa untuk mengingat.

 Perpustakaan juga jadi salah satu penunjang keberhasilan siswa karena ada kegiatan wajib belajar untuk siswa kelas 1 dan pendampingan guru. Untuk mengembangkan dan melatih siswa belajar di kelas pun disediakan pojok baca kelas.

 Aspek berikutnya adalah psikomotorik. untuk melatih aspek psikomotorik biasanya dilakukan di luar kelas, siswa diajak melakukan gerakan-gerakan, melompat dengan mengimplementasikan pelajaran, baik itu pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK) pramuka dan pelajaran-pelajaran yang lain sarana flying fox juga disediakan oleh SDN insyad untuk melati keberanian siswa.

 Dengan ketelatenan, kesabaran dan keuletan guru juga kerjasama dengan orang tua, saya yakin ini akan mampu menggali dan mengembangkan kematangan anak sehingga bisa mencapai prestasi optimal. meski di luar sana menyekolahkan anak kelas 1 wajib usia 7 tahun dengan alasan anak lebih memiliki kemandirian dan kematangan berpikir, tapi SD Al Irsyad mampu mencetak lulusan yang dengan nilai UNAS dan prestasi yang optimal meski menangani anak dengan usia beragam.

 Sofia Qurrotul Aini, misalnya siswa kelas SD Al Irsyad tahun 2017-2018 itu, ketika masuk kelas 1 usianya kurang 7 tahun. Namun, Seiring berjalannya waktu dan didukung kerjasama dengan orang tua, ia selalu mampu meraih peringkat 1, mulai kelas 1 sampai kelas 4 .  Kelas 5 pun ia menjadi pembawa acara tunggal 3 bahasa dalam lomba lingkungan sekolah sehat (LLSS), mulai tingkat sekolah sampai tingkat nasional.

 Berkat usaha-usaha yang dilakukan guru SD Al Irsyad, alhamdulillah prestasi di sekolah ini semakin banyak setiap tahunnya. Begitu juga dengan jumlah pendaftar siswa kelas 1 baru tiap tahunnya semakin meningkat.

 Ketika PPDB kelas 1 baru dimulai, ada beberapa calon wali murid yang kami tanya alasan kenapa mendaftar di SD Al Irsyad, padahal di TK sebelumnya juga ada jenjang SD nya. Jawaban mereka bervariasi ada, yang bilang, “karena saya dapat cerita dari teman, jika di SD Al Irsyad anak yang masuk pertama kali masih belum mengenal huruf diajari dengan telaten sampai bisa”. ada juga yang bilang, “karena kakaknya di sini juga diopeni, Bu. Jadi saya berharap Adiknya juga bersekolah di sini”.

Dalam Hati, Kami merasa sangat bangga sekolah kami dipilih oleh para wali murid.

 Sudah menjadi kewajiban saya selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk bisa bekerja sama dan membantu guru kelas 1 Jika ada siswa yang belum siap mengikuti pembelajaran di kelas 1. 

 Dengan upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan aspek perkembangan anak serta Segitiga Emas yang terjalin meski dengan usia yang beragama, terbukti telah mampu menjadikan anak-anak lebih percaya diri, mandiri dan mampu bersosialisasi sehingga anak-anak bisa melalui tahapannya dan bisa mengikuti pelajaran dengan maksimal dan juga menggali potensi yang ada sehingga prestasi bisa meningkat

 Menjadi seorang guru adalah pilihan yang baik. seorang guru harus mampu mengembangkan karakter dan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. guru juga harus mampu memberikan keteladanan dan contoh yang nyata. Seorang guru adalah pendakwah yang mampu menyebar virus kebaikan sehingga menjadi anak-anak jadi salih dan Salihah dan akan menjadi cahaya bagi orang tuanya. Aamiin.

 

Nurul Endah Agustin, S.Pd. 

tanggal lahir : Gresik 16 Juli 1975 

Wakil Kepala SD Sekolah Bidang Kurikulum

 

Read more...

Sistem Informasi Universitas Airlangga mengadakan Pengabdian Masyarakat Tingkatkan Branding Sekolah di Surabaya

 

 

 

Pada tanggal 2 Agustus 2022. Prodi S1 Sistem Informasi Universitas Airlangga telah sukses melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang diadakan di Yayasan Perguruan Al-Irsyad (YPAS) Surabaya. Program kerja ini merupakan salah satu program yang diadakan tahunan, yang mana sebelumnya diadakan di Desa Kauman, Socah, Bangkalan.

Kegiatan ini berlangsung dengan segala upaya perancangan yang dilakukan oleh beberapa dosen S1 Sistem Informasi yang dipimpin oleh ketua pelaksana program kerja Pengabdian Masyarakat Prodi S1 Sistem Informasi ini yaitu Ibu Nania Nuzulita, S.Kom., M.Kom. Dalam pelaksanaan kegiatan ini juga dibantu oleh beberapa teman-teman mahasiswa angkatan 2020 dan 2021 yang bertugas untuk menjadi pendamping peserta dalam penyelarasan materi saat acara berlangsung.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat Prodi S1 Sistem Informasi ini bertemakan Peningkatan Kualitas Konten pada Media Sosial Sekolah sebagai Sarana Promosi dan Branding Sekolah di Surabaya. Dengan di latar belakangi pada kurang sadarnya masyarakat atas pentingnya pembangunan branding yang baik terhadap suatu produk khususnya institusi pendidikan. Dalam hal ini, pengabdian masyarakat yang dilakukan adalah untuk memberikan dan mengajarkan fasilitas pengenalan media Canva untuk menjadi modul pembelajaran bagi para peserta.

Dalam modul pembelajaran yang diberikan terbagi menjadi dua modul utama, yaitu modul desain brosur promosi dengan Canva dengan judul ‘Canva Fast and Easy’ dan modul strategi penggunaan media sosial untuk promosi dengan judul ‘Digital Marketing for School Branding’. Tidak hanya memberikan materi terkait tutorial pembuatan poster maupun konten branding di Canva, tapi juga memberikan pemahaman terkait hal penting dalam pembuatan konten serta kualitas dan kreativitas dalam konten.

Pengabdian Masyarakat prodi S1 Sistem Informasi yang dihadiri oleh 22 peserta pendaftar yang terdiri dari berbagai macam instansi dan tingkatan pendidikan. Kebanyakan dari mereka adalah yang bergerak di bidang tenaga pendidikan dan civitas akademik yang memang merupakan target dari pelaksanaan Pengabdian Masyarakat ini. Juga proses pembelajaran yang disampaikan adalah dengan konsep pembelajaran adalah praktik secara langsung. 

 

Gambar 2. Kegiatan Pengabdian Masyarakat  Prodi S1 Sistem Informasi

 

Kegiatan berlangsung tertib dan menarik karena dua topik utama materi yang dibahas juga disampaikan dengan sangat interaktif oleh teman-teman mahasiswa juga dipandu oleh satu dosen pemateri utama, yaitu Bapak Taufik (S.T., M.Kom.). Lalu di tutup dengan pendokumentasian akhir dan foto bersama oleh seluruh peserta dan dosen yang terlibat.

 

 

Read more...

Upacara 17 Agustus 2022

Dalam memperingati hari kemerdekaan indonesia yang ke 77, semua jenjang pendidikan mengadakan lomba lomba yang seru dan menarik, mulai dari memindahkan bendera, menyusun gambar pancasila, pidato, balap sarung, sepeda lambat, futsal,jalan bergandeng dan masih banyak lagi, semua siswa - siswi sangat antusias dalam mengikuti lomba tersebut.

KoR8u2IBn6o">
berbagai atribut mereka gunakan untuk memenangkan lomba dan memeriahkannya.

YPAS juga melaksanakan upacara bendera di lapangan YPAS dengan diikuti seluruh elemen YPAS, baik dari PG,TK,SD,SMP,SMA,SMK, security, cleaning service, tukang maupun maintenance, upacara dimulai pukul 7.00 dan berakhir pukul 8.30. semuanya mengikuti upacara dengan khitmad dan tertib. 

         

Rangkaian acara 17 Agustus 2022 ditutup setelah HARI GURU YPAS yaitu dengan membagikan doorprice kepada seluruh guru, security, cleaning service dan semua warga YPAS, dan makan bersama di aula besar YPAS.

     

Read more...
Subscribe to this RSS feed