Cara Memilih Sekolah Dengan Lingkungan Sehat dan Relijius

Cara Memilih Sekolah Dengan Lingkungan Sehat dan Relijius

Cara memilih sekolah kini banyak dipelajari Masyarakat. Sekolah sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok, selain pangan, sandang dan papan. Saat ini, hampir tidak ada anak yang tidak bersekolah. Tiap anak Indonesia bisa dipastikan bersekolah.

Pemerintah RI sudah menetapkan wajib belajar sejak 1984. Tepat pada Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 1984, Presiden Suharto meresmikan Gerakan wajib belajar di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Saat itu, stadion yang kini bernama Stadion Utama Bung Karno, Presiden mengungkapkan bahwa program ini sebetulnya sudah dicanangkan sejak lama, bahkan pernah dibahas DPR pada 1953.

Namun baru benar-benar dilaksanakan pada 39 tahun Indonesia merdeka karena butuh anggaran besar dan persiapan yang matang. Pada masa Orde Baru program wajib belajar 6 tahun ini digencarkan.

Ketika masuk era reformasi, pemerintah dan DPR menambah durasi wajib belajar menjadi 9 tahun. Hal ini dituangkan dalam UU nomor 20 tahun 2023 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Anak Indonesia wajib sekolah dari SD hingga SMP kelas 9.

Puncaknya pada saat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dijabat Prof.Dr.Ir Muhammad Nuh, DEA. Pada 2013, Mendikbud meluncurkan Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang menjadikan program wajib belajar 12 tahun yang meliputi SMA, MA dan SMK.

Sehingga, kini cara mencari sekolah menjadi panduan setiap keluarga di Indonesia. Ada banyak pilihan dan plus-minus di setiap pilihan. Antara negeri-swasta, berbasis Islam-umum, sekolah baru-berpengalaman panjang, berasrama-nonasrama, dst.

Tiap orangtua selalu memikirkan cara memilih sekolah yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing keluarga. Ada beberapa aspek patut dipertimbangkan ayah bunda dalam mencari sekolah bagi buah hatinya.

Aspek pertama

Visi misi keluarga perlu dicocokkan dengan visi misi sekolah. Misalnya suatu keluarga yang punya visi terbentuknya anak-anak dalam disiplin ketat.

Tentu ini cocoknya sekolah di pesantren atau sekolah berbasis asrama. Di dalamnya, anak-anak kita akan terbiasa dengan jadwal yang ketat di asrama/pesantren. Namun, aspek minus-nya adalah anak-anak kita tidak mendapat pengasuhan dan keteladanan ayah ibunya di rumah.

Aspek kedua

Ayah bunda harus memperhitungkan reputasi sekolah. Apakah sekolah yang kita tuju dikenal dengan prestasi dan kiprah siswanya maupun para alumninya. Bagaimana pengalaman sekolah melahirkan para alumninya. Bagaimana aktivitas lulusan di suatu kota, provinsi maupun secara nasional.

Jika sekolah itu relatif baru, maka perlu diperhatikan reputasi pengelola dan para pendidiknya. Misalnya guru-gurunya muda dan punya idealisme, tentu pantas dipertimbangkan.

Aspek ketiga

Cara memilih sekolah di masa kini sangat perlu mendengar komentar atau testimoni wali muridnya. Atau bisa bertanya kepada orangtua yang pernah mendaftarkan anak-anaknya.

Bagaimana pun, user experiences (pengalaman pelanggan) menjadi tolok ukur paling penting di masa sekarang. Informasi dari mulut ke mulut masih menjadi salah satu indikator utama.

Bisa juga mengecek jejak digital. Bagaimana suatu lembaga berkiprah di media sosial bisa menjadi ukuran baik atau tidaknya manajemennya. Bagaimana respon lembaga itu terhadap problematika yang dihadapi.
Dalam konteks olshop atau belanja online, kita perlu mengecek rating suatu toko. Pun demikian rating suatu sekolah di medsos atau di internet.

Aspek keempat

Dan aspek paling krusial dalam cara memilih sekolah adalah biaya pendidikan. Meski beberapa sekolah negeri sudah bebas SPP, namun tetap ada biaya yang harus ditunaikan walimurid untuk biaya kegiatan dan sumbangan sekolah. Biaya yang perlu dicermati antara lain biaya pembangunan fasilitas (uang gedung), sumbangan pendidikan sampai biaya catering (jika ada).

Aspek kelima

Jangan lupa, akses dari rumah ke sekolah harus diukur dengan baik. Zaman sekarang hanya jarak, namun akses transportasi harus diestimasi. Karena, titik kemacetan menjadi faktor penghambat.

Jangan sampai anak kecapekan dalam perjalanan karena jarak sekolah yang jauh atau sering kena macet. Efeknya, anak gampang lelah atau bahkan sakit.

Pilihlah sekolah yang lingkungannya sehat sehingga mendukung suasana belajar. Yayasan Perguruan Al Irsyad Surabaya layak menjadi rujukan sebagai sekolah sehat.

Pada 2016, lingkungan YPAS terpilih sebagai sekolah (SD Al Irsyad) dengan lingkungan sehat terbaik nasional (juara 2).

Disusul dengan penganugerahan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri 2021 dari Kementerian Pendidikan-Kebudayaan-Teknologi & Kementerian Lingkungan Hidup-Kehutanan.

Jika Anda mempertimbangkan mencari sekolah untuk ananda dengan lingkungan yang sehat dan relijius, YPAS menjadi pertimbangan utama. Di dalamnya, membuka layanan pendidikan mulai PG-TK, SD, SMP, SMA dan SMK (Farmasi dan Keperawatan).

Kontak PPDB YPAS
PG-TK : +62 858-7914-8220 (WA)
SD : +6231-3297221
SMP : +6231-3293657
SMA : 087722194777 (WA)
SMK : +6231-3297220

Previous Sambutan Direktur YPAS Di hari Kemerdekaan RI Ke 80

Yayasan Perguruan Al-Irsyad Surabaya