Yayasan Perguruan Al-Irsyad Surabaya (YPAS). Menjadikan Sekolah Al-Irsyad Sebagai Agen Perubahan Masyarakat  read more

Merdeka Berjuang

Oleh

Ernis Kurnia Puspasari, S.Pd

 

"Srek..srek.."suara langkah menyeret yg khas.."sreeet" Dhika sigap menyetel Hp mode kamera on."cekrek..cekrek.."entah berapa kali jepretan diambil dengan obyek kakek yang sedang memanggul karung berjalan dengan langkah tertatih dan menyeret.Meski dari balik daun pepohonan tapi Dhika masih bisa mengambil foto dengan angle yang bagus.Jemarinya berhenti menjepret setelah kakek itu membuka pintu rumah yang sangat sederhana dan menghilang dibalik pintu.Dhika menghempaskan tubuhnya direrumputan tempat dia bersembunyi

"Alhamdulillah..akhirnya kutemukan juga tempat tinggal kakek itu"gumam Dhika sembari melihat - lihat lagi hasil foto fotonya.

"Oke,cukup untuk hari ini"gumam Dhika sembari menyimpan ponsel dalam saku kemejanya,berdiri menyandang tas ransel dan segera beranjak pergi dari tempat persembunyiannya.

 

Dhika merebahkan tubuhnya dikasur empuk kamarnya,dengan berbantal kedua tangan matanya merawang kelangit langit kamar.

"Ciiit" suara rem yang bergesekan dengan aspal jalanan itu membuat Dhika yang sedang berdiri didepan kampus terlonjak,hampir saja motor itu menabrak seorang kakek yang sedang berdiri membungkuk menata mainan dagangannya yang digelar ditepi jalan.

Dhika ingin sekali menghampiri pemotor itu tapi terlambat karena pemotor itu segera berlalu dengan menggeber motornya ugal ugalan.Dhika melihat sang kakek pedagang itu hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan tersenyum pada pemotor yg hampir saja mencelakainya,Dhika ingin menghampiri kakek itu tapi setelah melirik jam tangannya,Dhika ingat kalau 5 menit lagi ada jam kuliah,Dhika menengok kembali kakek itu untuk memastikan bahwa beliau baik baik saja kemudian berlalu masuk kampus untuk kuliah.

Semenjak kejadian itu Dhika jadi sering memperhatikan kakek penjual mainan itu dari seberang kampusnya,entahlah Dhika begitu penasaran dengan kakek itu,karena dalam pengamatannya kakek itu seringkali mengelus elus mainan tembak tembakan dagangannya,mainan itu terbuat dari gabus seperti home made bukan buatan pabrik,tidak hanya mengelus tapi juga melakukan gerakan seolah olah sedang mengokang senjata.Dhika pernah melihat kakek itu juga menghampiri seorang anggota TNI berpakaian doreng yang sedang melintas lalu memeluknya, berbincang bincang dan kemudian sang bapak TNI terlihat mengusap dan memeluk sang kakek yang sesenggukan.Pernah juga Dhika memergoki kakek itu mendongak lama menatap bendera yang berkibar kibar dipinggir jalan,kemudian dia mengusap usap matanya.Dhika juga pernah memperhatikan kakek itu berdiri tegak dibalik pagar kampusnya saat ada upacara berlangsung dikampusnya.kakek juga ikut hormat bendera saat peserta upacara melakukan gerakan hormat bendera.Dhika memotret semua kejadian itu.

Aah.. Dhika mengusap wajahnya bayangan tentang pertemuan dengan kakek itu mengusiknya hingga membuat Dhika ingin mengenal kakek itu lebih dalam.Dhika memang ingin sekali menghampiri beliau saat berdagang, tapi Dhika selalu tak punya kesempatan, jadwal kuliah dan kegiatan organisasi yang padat membuat Dhika tak banyak punya waktu luang, Saat ada waktu sang kakek sudah pulang.

Suatu sore Dhika membuntuti kakek itu saat pulang dan bersembunyi dibalik daun pepohonan untuk mengetahui rumahnya. Besok hari Minggu Dhika akan mendatangi rumah kakek itu,karena biasanya hari minggu kakek libur jualan.

Sinar mentari bersinar hangat,ditingkahi cuit cuit burung yang bernyanyi,beterbangan kesana kemari dengan ceria bercanda dengan teman temannya,seolah olah menyerukan pada manusia untuk selalu bahagia dan bersyukur atas segala nikmat Allah SWT sang Pencipta.

Dhika melangkahkan kakinya perlahan dan berhati hati,Jalan yang sempit berdempetan dengan sungai yang penuh sampah membuatnya menutup hidung.

Dhika menghela napas dan berhenti didepan pintu yang terbuka sedikit.

"Assalamualaikum..Permisi.." ucap Dhika dan langsung berbalas salam dengan suara serak dari dalam rumah"Waalaikumsalam"

"Cari siapa nak?"tanya kakek sang pemilik rumah dibalik pintu

"Saya Dhika kek,mau bertemu dengan kakek, saya sering melihat kakek berjualan diseberang kampus saya" jawab Dhika yang sempat bingung mau bilang apa.

"Ooh..iya ya..mari masuk" kata kakek sambil membuka pintu lebih lebar.

"Duduk dulu nak" kakek mempersilahkan.

Dhika perlahan duduk dikursi kayu yang sudah usang dengan mata yang menyapu dinding rumah,mulutnya ternganga saat melihat banyak tanda jasa,foto foto,dan kopiah oranye veteran."Maaf y nak rumahnya sederhana banget, dan maaf kakek sengaja memasang semuanya karena kakek ingin selalu mengingat masa masa indah itu" ujar kakek seolah paham dengan ekspresi Dhika.

"Ooh maaf kek,saya justru terpesona melihatnya,keren banget kek" jawab Dhika

"Hanya itu yang bisa kakek kenang nak"

"Hmmm..anak muda ini ada keperluan apa sama kakek?" Tanya kakek dengan wajah teduh dan tersenyum.

"Hmmm..maaf kek,saya kuliah dikampus MERDEKA, seberang kakek berjualan mainan,mohon maaf saya sering memperhatikan kakek dan memfoto kakek,karena saya terkesan dengan kakek,mohon maaf ya kek" Dhika berhati hati dalam kalimat kalimatnya sambil menatap mata kakek dengan lembut.

"Apa yang membuatmu terkesan nak?" Tanya kakek sambil tersenyum ramah.

"Hmmm..mohon maaf bahkan saya belum tahu nama kakek"

"Nama saya ini artinya bagus nak,hanya saja sudah kuno" ucap sang kakek sambil terkekeh menampakkan deretan giginya yang hanya tinggal beberapa saja,tapi meski begitu guratan ketampanan masih tergambar diwajah teduhnya.

"Lha kakek bisa saja,tidak apa apa kuno kek,yang penting artinya bagus" Dhika menimpali dengan tertawa sopan,tidak menyangka sang kakek punya selera humor juga.

"Nama kakek Panut nak Dhika" jawab kakek sambil tersenyum.

"Ooh kakek Panut..saya terkesan sama kakek karena ini kek" ucap Dhika sambil menggeser duduknya mendekat pada kakek,Dhika menunjukkan beberapa foto dengan obyek kakek Panut

Mata kakek berkaca kaca dan buliran buliran bening tak terasa menetes dipipi kakek.

"Maaf kek,Dhika tidak bermaksud.."belum selesai Dhika bicara kakek sudah memotong."Terimakasih foto fotonya nak,kakek memang begitu orangnya,kakek tak pernah lupa semua cerita di masa lalu,mata kakek menerawang dan dari mulutnya mulai mengalir cerita

Kilatan api yang menyambar nyambar,teriakan takbir,teriakan kesakitan dan suara bising tembakan bersahutan,Panut muda bersembunyi dibalik tumpukan karung yang disusun untuk tempat perlindungan,senjatanya diarahkan kearah penjajah sembari berteriak agar teman temannya berlindung dan membawa temannya yang terluka keluar dari medan pertempuran,dengan tetap fokus menembak Panut muda berlari menjauh untuk mundur dari medan pertempuran kembali ke posko bersama teman temannya" Dorrrr" suara tembakan bersambut dengan teriakan kesakitan Panut muda karena telapak kakinya tertembak penjajah,bersyukur teman-temannya segera menyeretnya dan memapah menyelamatkannya,kakinya dirawat belum sembuh benar masih dengan kaki yang dibebat kain.Panut muda dengan gagah berani maju kembali ke medan perang,peristiwa itu yang membuat kakinya harus berjalan menyeret sampai sekarang.Kakek bercerita setelah melihat foto saat dia mengelus elus tembak mainan yang dijualnya.

Kakek juga selalu senang dan bangga bahkan terharu saat melihat bapak bapak dengan pakaian doreng,terlihat gagah seperti kakek dulu,kalau sekarang sudah bungkuk hehhehe" kakek bercerita dengan tertawa memegang punggungnya yang langsung disambut Dhika dengan mengelus elusnya.Dipundak mereka lah sekarang nasib bangsa ini karena mereka abdi negara yang harus selalu ada digaris terdepan untuk kedaulatan bangsa. Begitu cerita kakek saat melihat foto fotonya dengan sang bapak TNI.Pertempuran demi pertempuran telah dilalui dengan gagah berani,berbagai bintang jasa Panut muda terima,bukan itu yang membuatnya bahagia tapi pekik proklamasi kemerdekaaan yang membuatnya sangat bahagia dan bersujud syukur mendengar lagu Indonesia Raya dikumandangkan dan Bendera merah putih yang dikibarkan tanpa sembunyi sembunyi lagi itu yang membuatnya sampai sekarang selalu terharu jika melihat bendera dikibarkan dan jika melihat upacara bendera.

"Begitulah nak,kakek bersyukur pernah menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan Indonesia, iya kakek dulu seorang pejuang, seorang veteran, kakek masih sehat,masih diberi umur panjang, kakek masih kuat berjuang,jadi kakek berjuang mengisi kemerdekaan ini dengan berjualan mainan,karena setiap kakek melihat anak anak kecil yang lewat atau yang membeli mainan kakek, kakek tersenyum dan berdoa untuk mereka agar tidak mudah menyerah berjuang untuk menggapai cita cita sebagai generasi muda penerus perjuangan bangsa yang kelak bisa mengangkat derajat bangsa Indonesia menjadi negara maju sejahtera yang disegani bangsa bangsa di seluruh dunia" kakek Panut menyeka air matanya, begitu juga Dhika."Dan kamu juga nak Dhika,ajaklah teman temanmu agar menjadi pejuang sejati yang tidak mudah menyerah,ditanganmulah wahai anak muda nasib bangsa ini disematkan" kakek Panut menepuk nepuk pundak dhika, Dhika memeluk kakek Panut, dalam hatinya Dhika berjanji akan memperjuangkan nasib kakek Panut dan teman temannya sebagai veteran dan memperjuangkan nasib bangsa ini dengan teman temannya mahasiswa generasi penerus bangsa.Terimakasih kakek Panut yang sudah menginspirasi,sesuai namamu Panut,engkau memang layak menjadi Panutan,dan sesuai nama yang disematkan orangtuaku untukku yaitu Mahardhika yang artinya kemerdekaan, maka beruntungnya aku seorang yang mendapatkan panutan kemerdekaan.

 

Sejatinya perjuangan itu tidak pernah berhenti,kalau dulu kita berjuang meraih kemerdekaaan,sekarang kita berjuang mengisi kemerdekaan,jangan pernah menyerah,Raihlah cita citamu dengan berjuang,berjuang untuk hidup bermanfaat untuk sesama,Hablumminallah dan Hablumminnaas dimanapun kita apapun profesi kita,kita semua sedang berjuang dengan cita cita kita masing masing,tetapi satu tujuan untuk masa depan bangsa.itulah yang dinamakan merdeka berjuang.

Semarak Lomba Kemerdekaan

SEMARAK LOMBA KEMERDEKAAN  

By : Dylan Hakka

 

Di sore hari, tanggal 14 Agustus 2017. Aku dan dua temanku, Rizki dan Bisma sedang bermain di belakang rumah kami.“Oiya rek, kalian sudah daftar lomba buat tanggal 17 besok ta?” ucap Rizki. Bisma dan Aku sekejap saling menatap, kebingungan akan apa yang disampaikan oleh Rizki. Bisma pun berkata, ”Lomba tanggal 17?” “Iya, kan habis upacara, Pak Ali dan Pak Galih mau mengadakan macam-macam lomba buat warga sekitar.” sahut Rizki. Aku berkata, “Bukannya lomba-lomba buat remaja sama orangtua aja ya?”, Rizki menjawab, “Enggak, katanya ada lomba buat anak-anak juga, misalkan lomba menghafalkan Pancasila, sama lomba campuran yang bisa diikuti semua kalangan, lomba estafet karet misalkan.”, Bisma pun bertanya lagi, “Emang lomba buat anak-anak cuma menghafal Pancasila doang?” “Enggak tau, tapi setahuku cuma itu aja sih, gimana kalo kita nanya sama Pak Ali?” Rizki menyarankan. “Ya sudah ayo kita ke Pak Ali daripada bingung sendiri.” Kataku. Kami bertiga pun berinisiatif untuk pergi ke rumah Pak Ali. Tepat setelah kami berada di depan rumah Pak Ali dan hendak menyalakan bel rumahnya, Pak Ali pun tiba-tiba datang dari belakang dengan sepeda motornya. “Assalamualaikum, kalian ada perlu apa ke rumah saya sore-sore begini?” ujar Pak Ali selagi mematikan sepeda motornya dan membawa barang belanjaan berupa baju merah putih. “Waalaikumussalam, Begini pak, Saya, Bisma dan Dylan mau daftar lomba, kira-kira bisa dijelaskan tidak pak mengenai lomba apa saja yang bisa kami ikuti dan pelaksanaannya?”, kata Rizki dengan sedikit keraguan. Pak Ali pun menjelaskan, “Kalau seumuran kalian ada 2 lomba yang bisa diikuti, yaitu ada menghafalkan Pancasila dan satunya lagi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.” “Kalau untuk pelaksanaannya, lomba menghafalkan Pancasila dilakukan jam 09.00 – 09.30, pemenangnya adalah yang paling hafal dan bagus dalam melafalkan Pancasila, juga tidak terbata bata dalam mengucapkan.” Pak Ali menegaskan. Bisma lagi-lagi berkata dengan agak bingung, “Kalau untuk lomba menyanyikan Indonesia Raya bagaimana pak?”. Pak Ali pun menjawab,“Untuk menyanyikan Indonesia Raya dilaksanakan sebelum lomba menghafalkan Pancasila, pukul 08.25 – 09.00, kalau untuk juaranya adalah yang paling merdu suaranya dan paling menghayati ketika bernyanyi, juga lirik yang pas dan tepat serta tempo yang sesuai dengan lagunya.” Aku berkata,”Berarti juaranya cuma 1 anak aja pak?” Pak Ali kembali menjawab,”Enggak, nanti bakal diambil 3 juara terbaik dari masing masing lomba.” Selesai untuk menanyakan lomba-lomba, Rizki pun bertanya lagi,”Pendaftarannya ada dimana Pak?” “Kalau mau daftar bilang saya aja, nanti saya juga bilang Pak Galih.” sahut Pak Ali. “Baik Pak, saya sama yang lain akan berpikir dulu di rumah buat lombanya.” kata Rizki seolah sedang buru-buru. Pak Ali kemudian membalas,”Baik Ki kalo gitu, saya juga mau siap siap mandi dan pergi shalat maghrib di musholla, Assalamualaikum.” Kami dengan berbarengan menjawab,”Waalaikumussalam.” Kami pulang ke rumah masing-masing dan mandi sehabis bermain di belakang rumah. Setelah adzan berkumandang, Aku pun segera berganti baju untuk pergi ke musholla belakang rumahku dan mendaftarkan diri untuk mengikuti salah satu lomba. Aku pun berjumpa lagi dengan Rizki dan Bisma, menunggu waktu iqomah. “Kau jadinya ikut apa Lan, menghafal Pancasila atau nyanyi Indonesia Raya?” Tanya Bisma, Aku menjawab,”Aku mungkin ikut menghafal Pancasila, suaraku gak enak buat nyanyi, kalo kamu Bis?” Bisma berkata lagi,”Aku mungkin ikut lomba menyanyikan Indonesia Raya aja, barangkali nanti keterusan jadi penyanyi terkenal.” Rizki tertawa terbahak-bahak akan pernyataan Bisma, Bisma pun sedikit marah mendengar tawaan Rizki,”Udah gak usah nertawain kau, mau ikut lomba apa kau Ki?” Rizki menjawab,”Aku paling ikut lomba estafet karet, biar gak kelamaan.” “Kelamaan apa Ki?” Tanya Bisma. “Ya kelamaan nunggu keputusan juri, kan kalau estafet karet juaranya sudah pasti.” Kata Rizki. Tak terasa iqomah sudah terdengar dan kami bergegas mengambil air wudhu lalu shalat. Disaat jalan pulang Pak Ali pun menyapa kami tentang keputusan mengikuti lomba,”Dylan, Rizki, Bisma sudah menentukan mau ikut lomba apa?” “Sudah Pak, Saya mau ikut lomba menyanyi, kalau Dylan mau ikut lomba menghafal Pancasila.” Sahut Bisma. “Kalau kamu gimana Rizki?” Tanya Pak Ali pada Rizki yang sedang minum air gelas dari dalam masjid. “Saya ikut lomba estafet karet saja Pak.” Ujar Rizki, Pak Ali berkata lagi,”Kalau kamu mau menanya detail dari lomba estafet karet, tanya dengan Pak Galih, beliau yang pegang acaranya.” “Baiklah kalau begitu Saya pulang duluan, Assalamualaikum.” Kata Pak Ali dengan memegang air minum gelas dari dalam masjid, hendak meminumnya. “Waalaikumussalam.” Kami bertiga menjawab, akhirnya kami pun pulang ke rumah masing-masing untuk istirahat sejenak lalu bersiap shalat isya’. Sampai di rumah Aku pun melanjutkan menghafal Pancasila, sangat sulit diawal tapi lama kelamaan terbiasa dengan hafalan tersebut. Sampailah pada tanggal 17 Agustus, setelah upacara kemerdekaan di kantor sebelah rumahku, warga pun beramai-ramai datang ke tempat pelaksanaan lomba. Untuk lomba pertama adalah menyanyikan lagu kebangsaaan Indonesia Raya. Lumayan banyak orang yang mengikuti lombanya, tapi setengah dari waktu yang seharusnya digunakan untuk mendengarkan mereka bernyanyi sudah ku pakai untuk melafalkan lagi Pancasila yang akan di lombakan nanti. Waktu berjalan, lambat laun satu persatu kontestan yang ingin bernyanyi sudah selesai, sudah waktunya untuk lomba berikutnya yaitu lomba menghafal Pancasila. Aku mendapat nomor urut 3, jadi setidaknya aku bisa mendengarkan peserta yang lain melafalkannya terlebih dahulu. “Yaak penampilan yang bagus dari peserta kedua! Selanjutnya adalah penampilan ketiga untuk lomba menghafalkan Pancasila, Ananda Dylan Hakka!” Tak disangka sudah waktunya aku maju ke depan, mendengar namaku disebut di depan orang banyak membuatku gemetar, tapi aku harus bisa memenangkan pertandingan ini. ”Pancasila, 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh…” Aku berhenti sejenak, sedikit lupa akan kalimat yang ingin kuucapkan, aku menghela napas dan mencoba untuk tenang,”Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” “Tepuk tangan semuanya untuk peserta ketiga! Selanjutnya untuk peserta keempat silakan maju kedepan!” Aku bertanya dalam pikiranku apakah aku sudah menyebut semuanya dengan benar. Badanku gemetar dan penuh dengan rasa malu. Apakah aku salah menyebut sila keempat dari dasar negara Indonesia itu? Kepercayaan diriku serasa hangus ketika turun dari panggung. Akan tetapi, melihat Ayah, Ibu, dan kawan-kawanku menyorakiku membuatku semangat kembali. Pikirku, masih ada kesempatan untuk bisa mendapatkan juara. Lomba yang ketiga adalah Lomba Estafet Karet, lomba ini dilakukan oleh 6 orang dan membutuhkan kekompakan serta ketepatan. Para peserta harus berdiri pada garis lurus yang sudah disediakan oleh juri. Setiap peserta akan mendapatkan 1 stik yang harus mereka gigit dengan gigi mereka untuk bisa menyalurkan karet dari ujung stik dan sampai pada peserta terakhir. Kelompok yang paling cepatlah yang akan memenangkan lomba tersebut. Sayang sekali temanku Rizki kalah pada babak final, setidaknya dia sudah melakukan yang terbaik. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.20, acara akan segera selesai. Pada sesi terakhir, akan ada pemilihan juara dan pembagian hadiah kepada para juara tersebut. “Baiklah Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian, tidak ingin membuat acara semakin lama, maka akan segera Saya umumkan, juara pertama untuk lomba menghafal Pancasila adalah…” Badanku merinding mendengar perkataan juri itu, rasa putus asa mulai menyelimuti diriku, sampai juri berkata, “Ananda Dylan Hakka!!” Aku kaget mendengar namaku disebut. Teman-temanku pun menyorakiku dan mengucapkan selamat kepadaku. Aku dan Bisma pun akhirnya naik ke atas panggung untuk penyerahan hadiah, karena dia juga memenangkan kontes menyanyi juara ketiga. Hadiahnya berupa sejumlah buku dan beberapa pensil, tidak banyak tapi patut disyukuri. Kami pun turun dari panggung dengan perasaan bangga dan senang. Walaupun teman kami, Rizki tidak sempat menjadi juara, setidaknya Aku dan kawan-kawanku mendapatkan keseruan dan kesenangan dalam mengikuti lomba ini.

ARUTALA

By: Yasmin Najah Rania

 

              Arshaka najendra sosok yang selalu dipandang sempurna oleh teman temannya  namun siapa sangka di balik itu semua ia menyimpan luka yg begitu dalam di karenakan tekanan dari orang orang terdekatnya tak terkecuali orang tuanya. Sejak kecil hidupnya sudah diatur ia merasa bahwa hidupnya ini seperti robot yang sudah terprogram oleh system. Namun ia selama ini hanya diam dan selau berpikir bahwa ini yang terbaik untuk nya.

 

Kini ia sudah berusia 15  tahun yang artinya ia akan duduk di bangku sma, namunn saat ia ingin berpedapat untuk masuk sma pilihannya ia ditolak dengan alasan pilihanya itu tidak baik untuknya. Ia dipaksa untuk masuk sma pilihan orang tua nya, awalnya ia menolak karena sekolah itu cukup jauh dari tempat tinggalnya.

 

Mansion najendra

“shaka sini” panggil anindya ibu dari arshaka.

Shaka yang merasa terpanggil ia bergegas menuju arah suara itu berasal

“iya ada apa ma” jawab shaka.

“duduk dulu” ucap arsendra papa arshaka.

Duduk.

“ kenapa ma pa kok kayak serius banget gitu” tanya nya.

 “kamu sudah ketemu mau sma dimana?” lanjut nindya.

Sontak shaka membeo mendengar ucapan dari mamanya tersebut

“ha mama seruis nanya itu?” gumam nya.

“ma pa, emang kalo misalnya aku bilang mau sma dimana, kalian setuju?” tanya nya.

Setelah beberapa menit ia berucap seperti itu tak ada satu pun yang bersuara.

“ma pa aku lagi nanya loh kok diam aja sih” ucapnya memecah keheningan.

“tinggal jawab aja mau dimana, untuk urusan setuju atau gak nya papa sama mama diskusi dulu tapi inget ya papa gk mau sekolah yang kamu pilih itu penuh dengan anak brandalan, nanti kamu bisa tertular gk waras”ucap endra penuh penekanan.

“alah bulshit banget” gumam shaka.

“rencananya sih aku mau di estungkara high school ma pa” jawab nya.

“oh sekolah sebrang” ucap nindya.

“ iya ma” ucapnya.

“ papa gk setuju,kamu lupa kasus yang terjadi bulan lalu, papa gk mau kamu jadi seperti itu, papa tegaskan sekali lagi kamu itu satu satunya penerus najendra group” tegasnya.

“nah kan gue kata juga apa, jadi dari tadi Cuma basa basi doang gitu”batin shaka berucap.

“ papa sudah tentukan kamu sekolah dimana, kamu papa masuk kan ke annoria high school” sambung papanya.

“APAAA” penuturan papa nya itu sontak membuat kaget pasalnya sekolahnya ini terlalu jauh dari rumahnya.

“papa serius?”kaget shaka.

“emang papa keliatan bercanda gitu?”tanya endra.

“papa yang bener aja dong itu jauh pa”tawar shaka.

“lah emang kenapa kalo jauh, toh itu sekolah fav di kota ini, lulusanya juga gk main main, contohnya papa” pedenya.

“mulai lagi pedenya”kesal shaka.

“tapi jauh pa” tolak shaka.

“papa gk nerima penolakan, ini tuh yang terbaik buat kamu,TITIK” ucap endra penuh penekanan di kata terakhir.

“tapi pa”ujar shaka.

“ARSHAKA NURUT AJA BISA” tegas nindya yang dari tadi hanya menyimak.

Shaka yang mendengar penturan dari nindya pun sontak terkejut, bukan karena ia di bentak melainkan ibunya ini sosok yang cuek dan gak pernah mau tau soal anaknya namun kini?.

Kemudian ia berlari meninggalkan kedua orang yang masih memasang wajah marah tersebut.

 

Di kamar shaka.

 

Kini ia sedang duduk di ranjang dengan kig bed nya dan kini berada di sebuah ruangan dengan nuansa abu abu

“kapan sih gue bisa nentuin pilihan gue sendiri, terlepas dari kejadian bulan lalu, mereka sadar gk sih gak semua orang seperti itu, toh kalau pun mereka bandingkan dengan peringkat di kota ini juga masih tinggian sekolah sebrang (estungkara high school menduduki peringkat ke dua dan annoria high school menduduki peringkat  ke empat di kota ini), memang annoria  high school pandai menutupi masalah padahal kan (sebenarnya shaka sudah mengetahui bagaimana keadaan asli sekolah pilihan orang tuanya itu, bukan hoax namun ini kenyataan nya jika  dibandingkan dengan masalah yang terjadi bulan lalu di estungkara  high school justru annoria high school lebih parah bahkan memakan korban jiwa) andai mereka tau yang sebenarnya terjadi pasti mereka gak akan milih di situ, huhh mau bagaimana lagi, gue gk boleh membanatah keputusan mereka ntar gue jadi malin kundang lagi, sayang dong wajah gantengku, hahaha” monolong shaka.

Karena bosan shaka membuka aplikasi music bewarna hijau di alat komonikasi genggam nya.

 

Bohongi hati – mahalini

Aku tersiksa

Melihat semuanya berubah

Mengapa

Kau tak mau tau

Bagaimana hati ini tanpamu

Cintamu

 

Oh dimana aku bisa temui dirimu

Yang dulu cinta

Dan anggap aku ada

 

Jika kau meminta aku menjauh

Hilang dari seluruh memori indahmu

Kan kulakukan semua walau tak mungkin sanggup

Bohongi hatiku

Ha ah ah ah

 

Ha ah ha wo ho oh

dimana aku bisa temui dirimu haa

Yang dulu cinta

Dan anggap aku ada

 

Ohh jika kau minta ak…..

BRAAKK

“SHAKAAA kenapa kamu nyanyi nyanyi gk jelas gitu hah, harusnya kamu tuh belajar papa sudah biayain sekolah kamu mahal mahal malah jadi kayak gini, MATIKAN MUSIKNYA SE- KA- RA- NG” ucap endra dengan nada tinggi.

“pa sekarang tuh hari libur, otakku juga butuh libur, gk melulu belajar belajar terus, pa ingat aku manusia pa, aku juga butuh istirahat, ok selama ini aku nurut apa yang papa mau, aku bahkan selalu nolak saat temen temen ngajak aku keluar, itu demi siapa? Demi mama sama papa, terus apa salahnya sekarang aku nyari hiburan ku sendiri, apa salah pa, ha?” ucap shaka dan tanpa sadar pipinya pun sudah basah oleh air mata yang selama ini ia tahan.

Mendengar penuturan dari anaknya pun endra ikut merasakan sesak di dadanya, hingga pada akhirnya ia pun ikut meneteskan air matanya.

“apa gue sekeras itu sama shaka” batin endra.

Namun bukannya meminta maaf ia justru meninggalkan endra sendiri.

“lah kok di tinggal” binggung shaka.

 

Disisi lain…….

 

“gimana pa?”tanya nindya.

“hmm ma kita keterlaluan ya?” tanya endra kepada istrinya, dan nindya hanya membals dengan ekspresi kebingungan.

“ma tadi……

Flashback on….

BRAAKK

“SHAKAAA kenapa kamu nyanyi nyanyi gk jelas gitu hah, harusnya kamu tuh belajar papa sudah biayain sekolah kamu mahal mahal malah jadi kayak gini, MATIKAN MUSIKNYA SE- KA- RA- NG” ucap endra dengan nada tinggi.

“pa sekarang tuh hari libur, otakku juga butuh libur, gk melulu belajar belajar terus, pa ingat aku manusia pa, aku juga butuh istirahat, ok selama ini aku nurut apa yang papa mau, aku bahkan selalu nolak saat temen temen ngajak aku keluar, itu demi siapa? Demi mama sama papa, terus apa salahnya sekarang aku nyari hiburan ku sendiri, apa salah pa, ha?” ucap shaka. dan tanpa sadar pipinya pun sudah basah oleh air mata yang selama ini ia tahan.

Mendengar penuturan dari anaknya pun endra ikut merasakan sesak di dadanya, hingga pada akhirnya ia pun ikut meneteskan air matanya.

 

“ma kita minta maaf yuk, kita mulai dari awal” ujar endra.

“iyaaa pa, ayoo” ajak nindya.

Lalu mereka berdua pun pergi ke kamar shaka.

 

Tokk tok

“shaka buka pintunya dulu”pinta nindya

“shaka buka nak”pinta endra

“mending papa sama mama pergi deh shaka mau sendiri, shaka gk mau di ganggu”tegas shaka

“shaka buka yaa sayang, mama mohon” pinta nindya

Seolah terhipnotis, shaka pun membuka pintu kamarnya, setelah pintu terbuka….

Grepp

Shaka terkejut karena mama dan papa nya langsung memeluknya ia pun membalas pelukan tersebut.

Subscribe to this RSS feed

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Slot Bet 200

Nono4D

Toto Macau 4D

Slot Bet Kecil

Disdukcapil Toba Samosir

Nono4D

Prediksi Toto Togel

Situs Mudah Jackpot

Nono4D

Nono4D

Nono4D

Nono4D

NONO4D

Situs Togel

Slot Gacor

Imigrasi Palopo

Prediksi Togel

Situs Togel

Sbobet Live Casino

Agen Togel

Situs Toto

Situs Toto 4d

Live Casino

Situs Togel

Togel Viral

Bandar Live Casino

Dana Toto

https://mthi.web.id/

Toto 4d

https://tarantulaindonesia.com/

NONO4D Macau

slot gacor

situs toto

slot gacor 88

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

NONO4D

Situs Toto Slot

scatter hitam

For4D

Paito HK

For4D

For4D

Agen Togel

situs toto macau

situs togel

situs toto

toto macau

situs toto

situs toto

situs toto

toto 4d

situs toto

Kejaksaan Agung

Banjarmasin

Imigrasi Palopo

Sdy Lotto

Toto 4d

Toto 5d

Dana Toto

https://ratugelap.com/

Situs Toto

Dana Toto

Toto Slot

Situs Toto

https://banmedsai.com/dana-toto/

https://visitmyjogja.com/

hinteractive qris

Situs Togel

https://penjaminanmutu.poltekkeskupang.ac.id/

Agen Bola

https://nonwovenmalaysia.com/

Nono4D

Nana4D

Toto 4D

Nana4D

Toto 4D

NONO4D

Nana4D

Nana4D

Nana4D

Nana4D

Nana4D

Nana4D

Nana4D

Nana4D

Nana4D

Nana4D

Nana4D

Prediksi Master Jason

Rokokbet

Matauangslot

Okewla

Okewla

Okewla

situs toto

situs toto macau

toto macau resmi

togel hk lotto

prediksi macau

prediksi hk

prediksi sdy

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

rokokbet

Situs Toto

toto macau

situs toto

situs toto

situs toto

situs toto

Bandar Togel Agen Togel https://www.technotrainers.net/js/snaga/

Nono4D